Pasca Restorasi Meiji (1866-1869) Jepang yang tadinya negera tertutup berusaha untuk melakukan modernisasi negaranya. Turunnya gunungnya Kaisar Meiji (Matsuhito) untuk mengambil pemerintahan membuat Jepang bergerak progresif. Jepang pada abad ke-20 tumbuh sebagai negara di Asia yang modern. Kemajuan Jepang didasari oleh pengadobsian budaya barat dalam pendidikan, ekonomi, dan militernya.
Jepang dalam Perang Dunia II mengambil sikap untuk menjadi bagian dari Poros. Hal ini didasari atas kesepakatan antara Jepang dengan Jerman untuk membentuk suatu imperium fasisme dunia yang dimana Jepang akan meimpin Asia Pasifik. Dengan mengorbarkan semangat ajaran Hakko Ichiu yaitu bahwa bangsa Jepang ditakdirkan menguasai delapan penjuru angin.
Hakko Ichiu merupakan slogan persaudaraan universal yang digunakan Jepang untuk menciptakan Kawasan Kemakmuran Asia Timur Raya bersama Jepang dalam Perang Dunia II.
Restorasi Meiji yang memberikan dampak pada kemajuan militer menjadikan Jepang menjadi negara super power di Asia. Jepang memulai kampanye militernya sebagai bagian dari poros Berlin-Roma-Tokyo pada tahun 1939-1941. Pada kurun waktu hingga tahun 1941 Jepang berhasil menguasai sebagian besar Asia.
Jepang pada 7 Desember 1941 memaksa Amerika Serikat untuk berperang pada Perang Dunia II setelah melakukan pemboman atas pangkalan militer AS di Pearl Harbour. Jepang mengusir AS dari Filipina yang waktu itu di pimpin oleh Jenderal MacArthur dalam Perang Pasifik atau yang Jepang sebut sebagai Perang Asia Timur Raya.
Dalam usaha menaklukan kekuatan Belanda di Indonesia (dalam waktu itu Hindia Belanda). Jepang melakukan pertempuran bahari menggunakan Belanda di Laut Cina Selatan, Sulawesi, Jawad & Selat Sunda, dan Selat Badung pada Bali.
Jepang kemudian mendarat pada Hindia Belanda pada bulan Febuari 1942. Angkatan Laut Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Imammura mendarat pada 3 loka di Pulau Jawa : Divisi ke-dua mendarat pada Banten; Divisi ke-38 mendarat pada Eretan, Wetan, Cirebon; dan Divisi ke-48 mendarat di Kragan, Jawa Tengah, & selanjutnya melakukan penyerangan, dan menduduki Jawa Timut.
Untuk menghabt mobilitas maju pasukan Jepang, pasukan Belanda melakukan taktik bumi hangus terhadap objek-objek penting agar tidak dipergunakan oleh Jepang, kilang-kilang minyak, perkebunan, & pabrik-pabrik dibakar sang pasukan Belanda. Akan tetapi upaya tersebut nir memberikan impak yg besar terhadap gerak maju pasukan Jepang, hal ini karena poly tentara pribumi yg meninggalkan divisinya & perwira-perwira Belanda yang menentukan buat menyerah.
Kemudian buat poly menghindari korban sipil, Pemerintah Hindia Belanda memindahkan sentra kekuasaan ke Bandung & mengumumkan Kota Batavia sebagai kota terbuka (Artinya kota tersebut nir dijadikan wilayah pertempuran). Namun pihak Jepang dapat mendesak residu-sisa kekuatan Belanda di Bandung & memaksa untuk melakukan perundingan .
Letnan Jenderal Ter Poorten dan Letnan Jenderal Imamura menanda tangani perjanjian penyerahan di Kalijati, Subang (Jawa Barat)/ Foto: Klemen Luzar |
Dalam serangkaian peperangan akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang (Jawa Barat). Penyerahan kekuasaan dari Hindia Belanda ditandai dengan Perjanjian Kalijati yang ditanda tangani oleh Letnan Jenderal. H. Ter Poorten, selaku Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda dan Letnan Jenderal Imamura (8-03-1942). Pasca perjanjian, lebih dari 10.000 orang Eropa dimasukan ke kamp-kamp tawanan.
Bangsa Jepang sendiri sebenarnya telah berada di Hindia Belanda sejak lama. Orang Jepang yang tergabung ke dalam golongan Timur Asing (bersama Cina, Arab, dan India) telah lama menjadi pedagang di Hindia Belanda. Sebelum melakukan penyerangan ke Hindia Belanda, Jepang telah menyusun strategi dengan menjalin hubungan dengan tokok-tokoh pergerakan nasional. Jepang kemudian mendekati tokoh-tokoh pergerakan nasional dengan mengungkapkan pentingnya budaya timur. Hal ini dikarenakan Jepang tahu bahwa orang bumiputera membenci kebudayaan barat.- Harian Sejarah
0 comments:
Post a Comment