Pembentukan hubungan diplomatik resmi antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1979, bersamaan dengan reformasi ekonomi yang dicetuskan oleh Wakil Perdana Menteri China Deng Xiaoping. Selain itu, menandakan adanya pertukaran budaya yang dinamis dan memperluas hubungan ekonomi antara kedua negara. Namun, penindasan penuh kekerasan oleh Pemerintah Cina di Lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989, mendinginkan hubungan AS-Cina. Sampai hari ini, Departemen Luar Negeri menandai peringatan penindasan dengan mengeluarkan pernyataan yang menyerukan kepada Pemerintah China untuk mengakhiri pelecehan terhadap mereka yang berpartisipasi dalam protes dan untuk sepenuhnya bertanggung jawab atas mereka yang terbunuh, dan ditahan,
Seorang lelaki Tionghoa berdiri sendiri untuk memblokir sejumlah tank yang mengarah ke timur di Chang'an Blvd Beijing. di Lapangan Tiananmen. (AP Photo / Jeff Widener, File)
Demonstrasi dimulai pada 15 April, ketika para mahasiswa Tiongkok berkumpul di Lapangan Tiananmen Beijing, tempat banyak mahasiswa dan demonstrasi massa terjadi sejak awal abad ke-20, sekaligus memperingati kematian pemimpin Tiongkok pro-reformasi yang terkenal, Hu Yaobang. Demonstrasi tersebut menjadi sebuah forum untuk memprotes korupsi dan inflasi, dan menyerukan reformasi politik dan ekonomi yang lebih luas.
Sikap para pemimpin Cina terbagi tentang bagaimana menangani demonstrasi. Ketika jumlah pemprotes membengkak menjadi puluhan ribu, beberapa pemimpin yang melihat protes sebagai tantangan langsung terhadap Partai Komunis. Partai Komunis melabeli para demonstran "kontra-revolusioner" dalam editorial 26 April di koran People's Daily yang dikelola pemerintah . Pejabat lain yang bersimpati dengan tuntutan para demonstran untuk reformasi politik mendukung pendekatan damai, yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Partai Komunis Zhao Ziyang mengunjungi dengan para demonstran pada 4 Mei untuk mendengar dan mengakui keprihatinan mereka.
Kunjungan Sekretaris Jenderal Sekretaris Jenderal Soviet Mikhail Gorbachev pada 15 Mei semakin menguatkan unjuk rasa. Beberapa pemrotes memulai mogok makan untuk meningkatkan tekanan pada pemerintah. Media asing yang datang untuk meliput kunjungan itu mengalihkan perhatian mereka pada protes dan meningkatkan kesadaran internasional — terutama Barat — terhadap para pengunjuk rasa dan tuntutan mereka. Kerumunan di Alun-alun tumbuh bukan hanya mahasiswa namun juga mencakup segmen masyarakat Cina yang luas, mulai dari pekerja hingga warga biasa dari Beijing dan sekitarnya, dan dilaporkan melebihi satu juta jumlahnya. Kunjungan Gorbachev lebih mendapat perhatian utama pejabat Cina sampai keberangkatannya pada 18 Mei. Pada 19 Mei, Zhao mengunjungi para pengunjuk rasa sekali lagi untuk merayu agar mogok makan berakhir. Para pemimpin Tiongkok memberlakukan darurat militer di Beijing pada 20 Mei. Protes terus berlanjut.
Pada malam 3 dan 4 Juni, Tentara Pembebasan Rakyat menyerbu Lapangan dengan tank, menghancurkan protes dengan korban manusia yang mengerikan. Perkiraan jumlah yang tewas bervariasi. Pemerintah Cina mengeluarkan informasi bahwa korban cedera 3.000 orang dan lebih dari 200 orang, termasuk 36 mahasiswa, terbunuh malam itu. Sumber-sumber Barat, bagaimanapun, skeptis terhadap laporan resmi Cina dan mengatakan jumlah korban sesungguhnya ratusan atau bahkan ribuan orang tewas. Protes serupa yang terjadi di kota-kota Cina lainnya segera ditekan oleh pihak pemerintah Cina dan para pemimpin gerakan protes tersebut dipenjarakan.
Sebagai buntut aksi bringas tersebut, Presiden George HW Bush mengecam tindakan di Lapangan Tiananmen dan menghentikan penjualan alat-alat militer serta pertukaran tingkat tinggi dengan para pejabat Cina. Banyak anggota Kongres AS, publik Amerika, dan para pemimpin internasional mengadvokasi sanksi ekonomi yang lebih luas, beberapa di antaranya dilaksanakan.
sumber: history.state.gov