Sutan Syahrir merupakan salah satu tokoh yang berjasa diawal berdirinya negara Indonesia. Namanya tercatat sebagai perdana menteri pertama dalam pemerintahan Parlementer Republik Indonesia. Ia merupakan seorang yang piawai berargumen. Salah satu korban mulut Syahir yakni Van Kleff ens, diplomat Belanda yang argumennya berhasil dipatahkan Syahrir dalam diplomasi PBB saat Agresi Militer I. Kegagalan Kleffens adalah sesuatu yang memalukan bagi Belanda, karena seorang diplomat ulung berpengalaman di gelanggang internasional mampu dibantah oleh diplomat muda dari negeri yang baru saja lahir. Karena keahliannya tersebut, Syahrir dijuluki “The Smiling Diplomat”.
Syahrir mini menempuh pendidikan MULO di medan kemudian lanjut ke AMS Bandung. Meski masih remaja, dia sudah aktif dalam pelbagai organisasi menggunakan menjadi anggota Patria Squenteque (Untuk Tanah Air & Bangsa). Ia turut jua mendirikan Jong Indonesia yg lalu berganti nama sebagai Pemuda Indonesia. Di tahun 1929, Syahrir berangkat ke Nederland buat kuliah ilmu hukum. Di negeri Belanda, Syahrir pun ulet menjadi aktivis politik Perhimpunan Indonesia. Bersama Mohammad Hatta dia pernah memimpin delegasi Indonesia buat kongres bangsa-bangsa di Brussel (Belgia). Dari sini ia berkenalan dengan Jawahalal Nehru. Tahun 1932 Syahrir pergi ke tanah air meski studinya belum terselesaikan. Pada saat itu, konvoi nasional sedang mengalami tekanan berat Pemerintah Hindia Belanda sesudah Soekarno ditangkap. Ia lalu mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia yang lebih dikenal dengan PNI-Baru. Partai ini dijadikan wadah buat mendidik kader-kader pemimpin dan menanamkan pencerahan politik pada warga . Lantaran aktivitas politik tadi, tahun 1934, ia ditangkap & Januari 1935 dibuang ke Digul, Irian Jaya, kemudian dipindahkan ke Banda Neira, dan akhirnya ke Sukabumi, Jawa Barat.
Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir memimpin gerakan bawah tanah menentang Pemerintah Jepang. Ia mendapat kabar perkembangan dunia internasional melalui radio yg berhasil disembunyikannya dari penyegelan Jepang. Pada 14 Agustus 1945 dia mengetahui Jepang menyerah kepada Sekutu, lalu mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan.
Pada November 1945, Syahrir diangkat menjadi perdana menteri memimpin kabinet parlementer dan berjuang dengan cara diplomasi supaya Indonesia memperoleh pengakuan menurut Belanda & internasional. Usahanya melahirkan Perjanjian Linggarjati pada Maret 1947. Tatkala Belanda melancarkan Agresi Militer I bulan Juli 1947, melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Syahrir berjuang supaya badan internasional itu memerintahkan Belanda menghentikan serangan militernya. Tetapi, waktu Agresi Militer II, beliau ditangkap dan dibawa ke Belanda. Syahrir balik sesudah dalam 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia
Sekembalinya ke Indonesia beliau mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam partai. Partai Rakyat Sosialis (PARAS) didirikannya tanggal 20 November 1945. PARAS kemudian bergabung dengan Partai Sosialis yg dipimpin Amir Syarifudin. Tak lama lalu ia mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Pergerakan Syahrir dalam PSI membuat hubungannya menggunakan Soekarno renggang hingga-sampai PSI dibubarkan tahun 1960. Bahkan, tahun 1962, Syahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa diadili. Pada 1965 Syahrir menderita terserang stroke, beliau diizinkan berobat ke Zurich, Swiss. Sutan Syahrir tewas pada sana dalam tanggal 9 April 1966. Jenazahnya dipulangkan ke Indonesia & dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional
Pengarang: Kuncoro Hadi