Berikut ini adalah arsip wawancara majalan Forum Mingguan No.24 Tahun IX, 17 September 2000. dengan almarhum Kemal Idris. Nama Letjen (Purn.) Kemal Idris tak bisa dipisahkan dengan Peristiwa 17 Oktober 1952. Dialah yang mengarahkan meriam TNI ke Istana atas perintah Jendral A.H. Nasution. Saat itu, "Tujuannya untuk membuka mata Soekarno agar lebih banyak memperhatikan nasib rakyat," kata kemal Idris yang pernah menjadi anak buah Pak Nas di Kodam Siliwangi.
Tentu saja, mantan Pangkonstrad iut masih menyimpan cerita peranan Pak Nas dalam sejarah TNI. Kepada wartawan FORUM Lutfi Yusniar, lelaku berusia menuturkannya. Berikut petikannyaBagaimana sosok Pak Nas?
Di mata aku , Nasution sahih-benar Indonesia. Ia berkelakuan menjadi orang Indonesia seutuhnya. Saya jua bangga, ada seseorang Batak yang berhasil memimpin Angkatan Bersenjata yg terdiri menurut berbagai suku bangsa.
Apa kelebihan Pak Nas?
Kemampuan militernya. Ia berkesempatan belajar di akademi militer milik Belanda. Saat sebagai Panglima Kodam Siliwangi, ia sahih-benar berjuang demi masyarakat. Saat itu, rakya terbagi menjadi dua grup, yakni rakyat yang bersenjata & yg tidak bersenjata, akan tetapi kedianya harus saling berdampingan. Itu yg diinginkan Pak Nas dan akhirnya bisa direalisasikannya.
Apa benar Pak Nas pula ikut membidani lahirnya Kostrad?
Sekitar 1949, Brigade II Siliwingai memang diubah sebagai CTO(Corps Tjadangan Oemoem). Itulah yang menjadi cikal-bakal Kostrad. Itu hasil pemikiran Pak Nas. Dan CTO itu dipersiapkan apabila Irianjaya masuk Indonesia. Artinya, CTO itu akan ditempatkan di Irianjaya
Bagaimana dengan konsep teritorial?
Konsepnya merupakan mempersilahkan rakyat membantu TNI apabila ada ancaman dari dalam & luar Indonesia. Itu pemikiran Pak Nas. Karena ada organisasi teritorial yg rapi, kami sanggup menghadapi PKI, DI/TII, & rakya membantu kami. Hanya Siliwangi yg selalu dikirim ke mana-mana. Misalnya membrantas RMS (Republik Maluku Selatan), DI/TIII pada Sulawesi dan sebagainya. Bahkan kamu pula memberantas Pemberontakan PKI di Madiun pada 1948.
Pada Peristiwa 17 Oktober 1952, Anda mengarahkan meriam ke Istana. Mengapa itu terjadi?
Memang, Pak Nas yang menyuruh saya. Tujuannya buat membuka mata Soekarno supaya lebih poly memperhatikan nasib rakyat. Jangan terlalu poly berpolitik. Saat itu kami pun cukup berhati-hati. Artinya, apabila benar-benar ditembakan, akan jauh di atas Istana dan peluru jatuh di Tanjungpriok. Sebenarnya yg mengorganisasi para demonstran itu aku . Tujuannya, supaya Soekarno bisa membuka matanya bahwa hal itu benar-sahih impian rakyat.
Apa perintah Pak Nas ketika itu?
Sebelumnya, saya memang bertanya kepada Pak Nas, "Mau diapakan meriam itu?" Pak Nas mengungkapkan "Ya, tunjukan saja kepada Soekarno." Waktu itu, saya menjabat Komandan CTO. Jadi, kami menguasai Jakarta dengan pasukan.
Tapi, ada pula tudingan, Nasution hendak mengkudeta Soekarno...
Sama sekali nir terdapat maksud [melakukan] perebutan kekuasaan. Tidak ada maksud merebut kekuasaan. Kami hanya ingin membuka mata Soekarno, janganlah terlalu poly berpolitik, tapi ingatlah pembangunan & nasib warga .
Saat itu, bagaimana hubungan Soekarno & Nasution?
Tegang lantaran mereka berlainan pandangan. Akibat insiden itu, selama 10 tahun sayan diskors. Saya nir menerima jabatan. Pak Nas dicopot berdasarkan jabatannya. Saya dianggap menjadi biang keladi. Setelah 2 tahun diskors, Pak Nas diangkat pulang menjadi KSAD. Selama dua tahun itu, beliau sempat mendirikan IPKI(Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia). Tapi, terdapat yg tidak sepakat dengan IPKI. Misalnya , Bambang Oetoyo dan Vince Samual. Yang lain, seluruh setuju. Saya jua diajak Pak Nas. Dan karena saya melihat kepentingannya untuk warga , aku putusan bulat.
Belakangan, mengapa Soekarno cendrung memilih Ahmad Yani & Soeharto ketimbang Nasution?
Ahmad Yani kan dikenal perjuangannya. Sedangkan Soeharto dikenal lantaran penyerangan Yogyakarta. Meski, sebenarnya, apa yg terjadi pada Yogyakarta untuk saya permanen sebagai tanda tanya. Apa sahih terjadi penyerangan di Yogyakarta?
Anda menyangsikan Serangan 6 Jam di Yogyakarta itu?
Zulkifli Loebis, intelijen Angkatan Bersenjata yang saat itu berada di Yogyakarta, pernah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Saya bertanya kepadanya, "Bis, apa yang terjadi di Yogyakarta saat itu?" Ia menjawab, "Ah, penyerangan di Yogyakarta sama sekali tidak ada. Yang terjadi adalah, Belanda di pagi hari melebarkan pertahanannya di luar. Dan sore harinya diperkecil. Di daerah yang ditingalkan itu terjadi penembakan-penembakan. Itulah yang disebut sebagai penyerangan Yogyakarta."
Setelah insiden G30S, kepa Nasution nir jadi presiden, padahal dia yg paling berpeluang....
Saya sempat bertanya pada Nasution, "Pak, persiapkan diri buat mengubah Soekarno." Ia nir menjawab. Mungkin karena masih shock dengan tertembaknya anaknya, Ade Irma Suryani. Setelah 1965, nama Pak Nas lambat-laun semakin menghilang. Andaikan Pak Nas berusaha menggantikan Soekarno, itu yang sangat ditakuti Soeharto. Dan Soeharto tidak menghendaki itu terjadi. Tapi, insiden G30S itu untuk Pak Nas stress berat, dan itu kesempatan buat Soeharto buat naik.
Kalangan TNI pun lantas bersedia mendukung Soeharto?
Lantaran Pak Nas engga mau, ya akhirnya kami pun mendukung Soeharto. Waktu itu, kami berpendapat, kalau toh beliau menjadi presiden, pastilah hanya dua kali. Ternyata, ia hanya memperjuangkan dirinya sendiri dan keluarganya dengan mempergunakan Golkar. Saya pernah mengingatkannnya Soeharto supaya berhenti sebagai presiden saat pemilihan ketiga kalinya. Ia selalu menjawab. "Bagaimana saya sanggup berhenti bila warga tetap menghendaki aku ."
Soal dwifungsi Tentara Nasional Indonesia sebagaimana konsep awalnya?
Awalnya TNI menghendaki agar diberi hak untuk ikut bicara. Artinya, TNI mempunyai wakilnya di MPR, meskipun itu hanya, katakanlah 20 orang. Selanjutnya, konsep itu dikembangkan oleh Kolonel Soewarto, Mantan Komandan Brigade Siliwangi dan Komandan Seskoad. Pada 1966, kami berkumpul di Seskoad Bandung menggelar seminar tentang peran TNI. Dari seminar itu disepakati bahwa kami meminta kembali apa yang pernah kami miliki, yang kami serahkan kepada pihak sipil. Di samping itu, disepakati TNI bukan saja sebagai military force, tapi juga social political force. Politik Angkatan Bersenjata dilaksanakan oleh orang yang kami pilih, yang kami anggap mampu melaksanakan tugas sebagai wakil dari ABRI di MPR. Hanya mereka yang boleh berpolitik, bukan yang lain, termasuk bukan pula panglima, KSAD, dan pangdam. Hanya mereka yang sudah kami pilih yang bisa mewakili Angkatan Bersenjata.
Lantas, dimana letak penyimpangannya?
Setelah keluar Supersemar itu, Soeharto yg waktu itu sebagai KSAD ingin mempergunakan dwifungsi buat keinginannya sendiri. Ia ingin menguasai Angkatan Bersenjata, sebagai akibatnya dia mengizinkan seluruh boleh berpolitik, termauk panglima, KSAD, pangdam, dan sebagainya. Padahal, bukan seperti itu yang disepakati pada seminar pada Bandung 1966 dan yg jua digagas Pak Nas.
Mengapa jua, belakangan, kalangan militer juga terjun ke dunia usaha?
Sebenarnya, saya nir putusan bulat Angkata Bersenjata berbisnis. Itu karena, sewaktu Soeharto berkuasa, aturan buat Angkatan Bersenjata dikurangi. Dikatan Soeharto, Angkatan Bersenjata harus berdikari. Harus mencari uang sendiri. Lantas, poly yayasan dan perusahaan didirikan. Tujuan awalnya, pada samping buat kepentingan Angkatan Bersenjata, jua buat menaikan tingkat hayati para prajurit.
Tapi kenyataannya...
Memang seperti itu, Justru kebijakan itu sebagai rebutan para perwira agar sebagai kaya. Itualah, kenapa konsep tadi ditentang Pak Nas dan saya. Masak Angkatan Bersenjata berbisnis? Saya konfiden Pak Nas pula tidak akan senang itu. Tapi, karena diizinkan Soeharto sewaktu menjadi KSAD, tejadilah semuanya itu.
Bourbon