Ia seorang tentara intelijen yg mumpuni. Ia juga seseorang pemikir dan penyusun organisasi militer yg handal. Ia pernah dijuluki ?Penasihat Agung?. Kemampuan pada intelijen membuatnya mampu membongkar misteri gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) Westerling yg akan membunuhi tokohtokoh militer Indonesia dalam 1950. Ia segera memimpin pasukan menuju hotel des Indes dan menangkap tokoh-tokoh gerakan, meski westerling melarikan diri. Sebagai perwira AD, beliau menentang keras pembentukan angkatan kelima dalam 1965, lalu masuk daftar hitam persekutuan G 30 S karena tuduhan dewan Jenderal. Akibatnya dia disingkirkan dalam gerakan brutal di lubang buaya.
Siswondo Parman menghabiskan masa kecilnya di Wonosobo. Awalnya selepas dewasa, ia masuk sekolah kedokteran di GHS [Geneeskundige Hogesschool] Batavia. Akan tetapi, sekolah kedokterannya wajib terhenti waktu Jepang masuk dalam 1942. Sebagai pemuda, dia lalu tertarik menggunakan dunia militer dan akhirnya terpilih mengikuti pendidikan Kenpei Kasya Butai pada negeri Jepang, sebuah pendidikan khusus intelijen.
Selepas balik ke tanah air, ia segera bekerja di jawatan Kenpetai. Setelah Proklamasi Indonesia, beliau masuk ke Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Awal kariernya di militer dimulai menggunakan mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yaitu Tentara RI yg dibentuk sesudah proklamasi kemerdekaan. Pada akhir bulan Desember 1945, beliau diangkat sebagai Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta.
Sepanjang Agresi Militer II Belanda, ia turut berjuang menggunakan melakukan perang gerilya. Pada Desember 1949, ia ditugaskan menjadi Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. Salah satu keberhasilannya ketika itu adalah membongkar misteri gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yg akan melakukan operasinya di Jakarta pada bawah pimpinan Westerling dalam 1950, gerakan ini akan membunuh menteri pertahanan HB IX, ketua Staff TB Simatupang, & Ali Budiardjo. Parman menggagalkan aksi ini dan menangkap pelakunya. Setahun berikutnya, dia dikirim ke Amerika Serikat buat mengikuti pendidikan pada Association Military Company Officer.
Setelah kembali menurut Amerika Serikat, ia sebagai Kepala Staff Umum AD. Lalu menjadi tenaga guru di sentra pendidikan AD. Ia kemudian ditugaskan pada Kementerian Pertahanan. Pada September 1956, dia diangkat sebagai Kepala Bagian Material Kementerian Pertahanan. Tugasnya dianggap indah & ia berpangkat colonel saat itu. Berikutnya ia diangkat sebagai Atase Militer RI di London, Inggris dalam 1959. Tiga tahun berikutnya, dia diserahi tugas sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) hingga pangkatnya naik sebagai Mayor Jenderal pada Agustus 1964.
Ketika menjabat Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) inilah ia datang-tiba diklaim-sebut sebagai bagian dari Dewan Jenderal yang dituduh akan melakukan pengambilan kekuasaan. Tuduhan ini nir pernah terbukti lantaran lalu komplotan G30S merogoh tindakan semena-mena terhadap Jenderal Parman. Ia diculik dari rumahnya dan dibawa ke lubang buaya pada dini hari 1 Oktober 1965. Ia kemudian ditembak meninggal oleh kaum penculik dan jenazahnya dibuang dalam sebuah sumur. Jenazahnya segera dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta & pemerintah menaikkan pangkatnya sebagai Letnan Jenderal anumerta. Pada hari peringatan angkatan bersenjata tahun 1965, Parman segera diangkat sebagai pahlawan revolusi.
0 comments:
Post a Comment