Meskipun artileri pembom Uni Soviet digambarkan menggunakan ledakan akbar, penuh tenaga, dan menggetarkan tanah. Namun artileri AS merupakan yg terbaik menurut segi akurasi & efektivitas.
Keuntungan menurut pertempuran yang dilakukan oleh pasukan Alaihi Salam dihasilkan menurut metode yang inovatif pada melakukan pengendalian & koordinasi tembakan artileri. Ini bukan kebetulan mengingat sepanjang tahun 1930an Alaihi Salam meningkatkan alat-alat dan teknik mereka, dimana AS mempunyai artileri paling efektif di dunia.
105-mm Howitzer (Foto: Public domain World War II pictures)
Persenjataan AS diperbaharui setelah Perang Dunia I dan dalam tahap siap untuk produksi massal saat Perang Dunia II berkecamuk. Senjata yang awalnya diproduksi adalah 105 mm Howitzer M2A1. Dalam hal mobilitas persenjataan artileri, AS menyingkirkan kuda untuk menarik artileri dan lebih menggunakan truk atau self-propelled (semacam tank, tapi tanpa baju besi dan menara).
Fire Control, merupakan terobosan. Kombinasi teknis komputasi canggih dan penggunaan radio, artileri ini mempunyai kemampun yang fleksibel buat mengarahkan tembakan. Artiler AS inii memungkinkan tembakan bisa terkonsentrasi cepat, akuran, & besar -besaran. Bahkan Jerman terkesan dengan kekuatan artileri Alaihi Salam, dan yg terpenting bahwa senjata ini sulit diduplikasikan oleh versus selama Perang Dunia II.
Amerika Serikat sebagai manufaktur super besar pada memproduksi amunisi selama Perang Dunia II. Jutaan ton amunisi artileri diproduksi & dikirim menggunakan cepat dengan mengerahkan banyak truk ke garis pertahanan terdepan dalam menghadi Jerman. Jerman menilai amunisi artileri ini berkualitas tinggi dengan banyak sekali ledakan khusus.
Pengembangan artileri kemudian dikembangkan oleh AS dengan mengembangkan pesawat bermesin tunggal (militarised Piper Cubs) dengan perlengkapan artileri udara. Pesawat Spotter kemudian digunakan secara luas lengkap dengan perlengkapan artilerinya untuk membombardir target kunci yang tak terlihat.
Pada masa Perang Dunia II musuh melihat artileri Alaihi Salam tampak dimana, sepanjang saat, dan dengan jumlah yg luar biasa. Musuh harus melakukan agresi pertahanan untuk setiap tembakan artileri AS yg memiliki jangkauan yg panjang & daya ledak luas. Jerman dan Jepang bimbang menghadapi agresi tersebut, Pasukan Jerman berpikir mengapa mereka tidak memiliki artileri sekuat & sebesar itu? Sedangkan pasukan Jepang memiliki alternatif buat menjeput kematiannya dibandingkan mengalah dengan mesin AS tadi.
Tentara Jerman Menarik Gerobak Kuda - WW2
Inilah yang membedakan Alaihi Salam menggunakan Jerman atau Soviet. Jerman dan Soviet masih mengandalkan moda kuda buat menarik artileri mereka, menciptakan lambatnya gerak artileri. Jerman tidak pernah mempunyai relatif truk buat memobilisasi persenjataannya, jelas saja lantaran Jerman memiliki wilayah peperangan yang luas dan terkepung dipelbagai front peperangan oleh sekutu.
Selain itu pasca pertempuran pada Rusia dan ketika agresi pencaplokan Sekutu berdasarkan Perancis pada bulan Juni membuat Jerman kehilangan sekitar 109.000 truk, yang merupakan 39% menurut holistik truk yang dimiliki Angkatan Perang Jerman yg merupakan output produksi mereka semenjak than 1943-1944. Hingga akhir perang Jerman kehilangan lebih kurang dua,7 juta Kuda yg diperuntukan buat menarik artileri & mobilisasi pasukan.
Lumpur menjadi hambatan mobilisasi kuda
Dalam hal mobilitas, baik Jerman dan Soviet tidak sangat mekanik dan sangat bergantung dalam kuda buat menarik artileri mereka. Jerman tidak pernah punya cukup truk. Antara pertempuran di Rusia dan invasi Sekutu dari Perancis pada bulan Juni, Jerman kehilangan 109.000 truk. Ini adalah 39 % menurut apa yg telah angkatan bersenjata Jerman & sama dengan semua produksi mereka selama tahun 1943. Sekitar tiga perempat menurut transportasi di tentara mereka ditarik kuda. Dalam Perang Dunia 2, Jerman kehilangan 2,7 juta kuda. Kuda-kuda tersebut kebanyakan terjebak dalam medan rasputitsa (lumpur) ketika menghadapi Soviet di Front Timur.
Soviet menerima sekitar 430.000 truk Studebaker berdasarkan luar Alaihi Salam menjadi bagian dari program Lend-Lease akan tetapi itu nir cukup karena semua industri otomotif Soviet dialihkan untuk menghasilkan tangki. Soviet akhirnya mengandalkan kuda untuk memindahkan artileri dan perlengkapan mereka selama Perang Dunia II.
Reo US-6 2 Trucks
Di Stalingrad, ribun senjata Jerman yang tersisa sejak peperangan Stalingrad pada Febuari 1943 dijarah oleh pasukan Soviet yang dikenal banyak namun miskin senjata saat pertempuran tersebut. Artileri merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk diakut oleh pasukan Soviet untuk kembali ke kota-kota karena transportasi yang minim dan kuda yang tidak dapat dimanfaatkan karena musim dingin. - Harian Sejarah
0 comments:
Post a Comment