Cari cara mengatasi bibir kering?
Home » » Cari cara mengatasi bibir kering? Pakai pelembab bibir dari bahan alami ini, yuk
pengalaman Memutihkan Ketiak Dengan jeruk nipis
Tips 3 Menit Putihkan Ketiak dan Selangkangan
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Monday, January 11, 2021
Perang Padri 1821-1837
Dilatarbelakangi sang perselisihan antara kaum norma dan kaum Padri di Minangkabau. Kaum Pedri sendiri merupakan sekolompok ulama yang baru balik dari Timur Tengah & balik buat memurnikan ajaran Islam di wilayah Minangkabau. Peran ini didasari sang perseteruan antara kaum adat & kaum padre tentang perkara penerapan syariat pada Tanah Minang.
Kaum Padri berusaha untuk menghilangkan unsur tata cara karena tidak sinkron menggunakan ajaran Islam. Unsur Adat tersebut antara lain norma seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras, tembakau, sirih, & jua aspek hukum adat matriarkat tentang warisan, dan longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal kepercayaan Islam. Kaum Padri ini sendiri yang melakukan hal tadi merupakan suatu aliran dalam Islam. Kaum Padri sendiri beraliran Islam Wahabi (Fundamentalis).
Perang Padri sendiri terbagi sebagai 3 periode :
- 1821-1825 : Perang antara Koalisi Belanda dan Kaum Adat melawan Kaum Padri
- 1825-1830 : Masa genjatan senjata (Perjanjian Manasang)
- 1830-1837 : Perang Antara Koalisi Kaum Adat dan Padri melawan Belanda.
1821-1825 : Kaum adat bekerja sama dengan Belanda dalam usaha mengalahkan kaum padri. Namun dalam kerja sama ini, kaum adat meminta diadakannya sebuah perjanjian. Perjanjian tersebut adalah bahwa jika koalisi dapat memenangkan peperangan dengan kaum padri.
Maka Belanda nir diperkenankan buat melakukan perluasan ke wilayah Sumatera Utara, Belanda hanya boleh melakukan ekspansi ke wilayah Sumatera bagian tengah & timur. Perjanjian ini pun disetujui sang Belanda yg kemudian perjajiannya ini dikenal menjadi Treaty of Sumatera.
1825-1830 : Terjadi genjatan senjata. Hal ini dilakukan oleh Belanda mengingat sedang pecahnya perang Diponegoro yang melibatkan konflik besar di seluruh jawa. Belanda melakukan mediasi dengan kaum padri untuk melakukan genjatan senjata agar menciptakan suasana damai.
Oleh sebab itu Belanda melalui residennya di Padang mengajak pemimpin Kaum Padri yg saat itu sudah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol buat berdamai dengan maklumat "Perjanjian Masangdanquot; dalam tanggal 15 November 1825. Hal ini dimaklumi karena disaat bersamaan Pemerintah Hindia Belanda jua kehabisan dana pada menghadapi peperangan lain di Eropa & Jawa seperti Perang Diponegoro.
1830-1837 : Setelah berakhirnya perang Diponegoro dan pulihnya kekuatan Belanda di Jawa, Pemerintah Hindia Belanda mencoba kembali untuk menundukan Kaum Padri. Hal ini sangat didasari oleh keinginan kuat untuk penguasaan penanaman kopi yang sedang meluas di kawasan pedalaman Minangkabau (darek).
Melihat maksud dan tujuan Belanda yg terselubung. Kaum Adat kemudian mengundurkan diri dari koalisi & beralih bergabung beserta Kaum Padri buat melawan Belanda. Kaum Adat menilai bahwa Belanda nir akan mematuhi perjanjian yang pernah dibuat & akan melakukan perluasan jua ke Sumatera Barat.
Sementara ketika Letnan kol Elout melakukan berbagai agresi terhadap Kaum Padri antara tahun 1831?1832, ia memperoleh tambahan kekuatan berdasarkan pasukan Sentot Ali Prawiradirja, galat seseorang panglima pasukan Pangeran Diponegoro yang telah berkhianat dan bekerja dalam Pemerintah Hindia Belanda sehabis usai perang pada Jawa.
Pada bulan Juli 1832, berdasarkan Jakarta dikirim pasukan infantri dalam jumlah akbar pada bawah pimpinan Letnan Kolonel Ferdinand P. Vermeulen Krieger, buat meningkatkan kecepatan penyelesaian peperangan. Dengan tambahan pasukan tersebut dalam bulan Oktober 1832.
Koalisi Kaum Padri & Adat melakukan perlawanan menggunakan bergrilya. Tetapi selama petempuran yg berlangsung bertahun-tahun. Pasukan koalisi kewalahan & mengalami kondisi pertempuran yg melambat. Uanku Imam Bonjol terus mencoba mengadakan konsolidasi terhadap semua pasukannya yang sudah bercerai-berai & lemah, namun karena telah lebih 10 tahun bertempur melawan Belanda secara terus menerus, ternyata hanya sedikit saja yang tinggal dan masih siap buat bertempur pulang.
Dalam syarat misalnya ini, tiba-datang tiba surat tawaran menurut Residen Francis di Padang buat mengajak berunding. Kemudian Tuanku Imam Bonjol menyatakan kesediaannya melakukan negosiasi.
Tuanku Imam Bonjol diminta buat tiba dan berundiing tanpa membawa senjata. Tapi hal itu cuma jebakan Belanda buat menangkap Tuanku Imam Bonjol, peristiwa itu terjadi di bulan Oktober 1837 dan kemudian Tuanku Imam Bonjol pada syarat sakit langsung dibawa ke Bukittinggi lalu terus dibawa ke Padang.
Pengasingan ini dilakukan bertahap & berpindah-pindah sampai pada saatnya Tuanku Imam Bonjol dipindahkan ke Manado. Di Manado beliau mengalami pengasingan selama 27 tahun sebelum akhirnya tewas 8 November 1864.
Begini efek samping vaksin virus corona Sinovac, mulai nyeri hingga diare
Ini arti dari warna dan tekstur BAB bayi, orangtua wajib tahu
http://kesehatan.kontan.co.id/news/ini-arti-dari-warna-dan-tekstur-bab-bayi-orangtua-wajib-tahu
Perang Batak 1828-1907
Pasca Perang Puputan, Belanda yang sudah menguasai Bali melakukan upaya militer lagi dengan meluaskan kekuasaannya ke Sumatera bagian Utara. Berdasarkan Treaty of Sumatera 1870 yang merupakan kesepakatan antara Belanda dengan Inggris bahwa Belanda dapat menganeksasi wiilayah Sumatera, sedangkan Inggris menganeksasi wilayah Singapura sampai Semenanjung Malaya.
Upaya aneksasi daerah Sumatera bagian utara ini herbi konsep Politik Pax Netherlandica yaitu pembulatan negeri jajahan. Jawa, Bali, Sulawesi, & sebagaian Sumatera sudah belanda kuasai. Dengan menganeksasi Sumatera bagian utara maka Belanda bisa menguasai seluruh darata Sumatera sampai nanti tersisa wilayah Borneo (Kalimantan).
Kemudian perang batak ini sebenarnya dilatarbelakangi oleh penolakan oleh Raja Batak Sisingamangaraja XII atas misi Zending (penyebaran agama protestan) yg dilakukan oleh pendeta-pendeta Belanda dan Jerman pada daerah batak yang telah dikuasai oleh Belanda. Hal ini bermula dari wilayah kekuasaan Sisingamangaraja XII yang mengecil lantaran daerah Tapanuli & Taruntung sudah dikuasai sang Belanda.
Sisingamangaraja XII kemudian berusaha melakukan perlawanan buat mencegah kekuasaanya semakin mengecil sang perluasan Belanda. Raja Sisingamangaraja XIII kemudian menyerang kedudukan Belanda pada Tarutung. Perang berlangsung selama tujuh tahun di daerah Tapanuli Utara, misalnya pada Bahal Batu, Siborong-borong, Balige Laguboti & Lumban Julu.
Kemudian buat membalas agresi Sisingamangaraja XII, Belanda dalam tahun 1894 melancarkan agresi balasa menggunakan menyeran Bakkara yang merupakan pusat kedudukan & pemerintahan Kerajaan Batak. Serangan ini berujung dalam mengungsinya raja ke Dairi Pakpak.
Pada tahun 1904, pasukan Belanda, dibawah pimpinan Van Daalen dari Aceh Tengah, melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara, sedangkan pada Medan didatangkan pasukan lain. Pada tahun 1907, Pasukan Marsose di bawah pimpinan Capt Hans Christoffel berhasil menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII dan dua orang anaknya.
Sementara itu Sisingamangaraja XII & para pengikutnya berhasil melarikan diri ke Hutan Simsim. Ia menolak tawaran buat menyerah, & pada pertempuran tanggal 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII gugur beserta menggunakan putrinya Lopian dan 2 orang putranya Sutan Nagari & Patuan Anggi. Gugurnya Sisingamangaraja XII menandai berakhirnya Perang Tapanuli.