Adolf Hitler memerintahkan tentara tinggal di Stalingrad & tidak berusaha buat keluar; kebalikannya, upaya dilakukan menggunakan memasok tentara melalui udara dan buat memecahkan pengepungan menurut luar. Pertempuran sengit berlangsung selama 2 bulan.
Pada awal Februari 1943, pasukan Poros di Stalingrad telah kehabisan amunisi & makanan. Unsur-unsur yang tersisa menurut Tentara Keenam Jerman menyerah. Pertempuran berlangsung 5 bulan, satu minggu, dan tiga hari. Pertempuran Stalingrad adalah salah satu pertempuran akbar dalam Perang Dunia II. Kota ini digempur habis-habisan sang pasukan musuh, tercatat 1,lima juta jiwa gugur pada perang ini.
Pertempuran Kursk yg terjadi pada 1943 adalah loka unjuk gigi tank milik Soviet menggunakan Nazi. Pertempuran ini pula tercatat sebagai pertempuran menggunakan jumlah tank terbanyak dalam Perang Dunia II. Kedahsyatan persenjataan Nazi menggempur pos-pos pertahanan Soviet di kota Kursk.
Pertempuran terjadi pada 4 Juli 1943 & berlangsung hampir 1 bulan lamanya. Jerman mengerahkan angkatan perangnya yang meliputi 800.000 pasukan infanteri, dua.700 tank dan kendaraan lapis baja, serta dua.000 pesawat tempur, & berhadapan dengan pihak Soviet yg memiliki kekuatan meliputi 1.300.000 pasukan infanteri, 3.600 tank & tunggangan lapis baja, 20.000 artileri medan & dua.400 pesawat tempur. Pasukan Jerman dipimpin oleh 2 orang jenderalnya, yaitu Erich von Mansteim & Walther Model.
Harian Sejarah -Feodalisme merupakan sebuah sistem. Istilah feodalisme berakar dari bahasa Perancis dari kata “Feod” yang berarti tanah. Tanah dalam pengertian feodalisme merupakan suatu bentuk kekuasaan terhadap mayoritas lahan yang dikuasai oleh sekumpulan orang dalam sistem aristokrasi. Pada Abad Pertengahan di Eropa, istilah feodalisme merujuk pada kekuasaan politik dan militer. Kekuasaan politik dan militer ini diberikan oleh pemegang kekuasaan monarki (raja) kepada penguasa-penguasa lokal sebagai bentuk imbalan atas pelayanan yang diberikan kepada kerajaan.
Penguasa-penguasa lokal ini yang kemudian dikenal sebagai lord. Lord bukan hanya berkuasa terhadap tanah seperti era merkantilism dan renaissance. Feodalisme telah berkembang di Eropa khususnya di Eropa Barat sejak abad ke-5 dan ke-12 (atau ke-15), merupakan rentang waktu yang panjang sejak awal Pada Pertengahan. Pada masa tersebut,lord berkuasa atas politik setempat dan memiliki kekuatan militer.
Marc Bloch menjelaskan banyak corak Feodalisme Abad Pertengahan sehingga akan sulit menemukan karakteristik secara rinci mengenai feodalisme, setidaknya dalam kalangan akademisi. Dalam pengertian klasik François-Louis Ganshof, menggambarkan feodalisme sebagai seperangkat hubungan timbal-balik secara hukum dan adanya kewajiban militer bagi para ksatria, dan perguliran dengan 3 konsep yaitu, lords, vassals, and fiefs.
Ada setidaknya empat komponen utama yg membentuk sistem feodal yaitu :
Lord adalah pemilik tanah, biasanya seorang bangsawan dari keluarga raja atau kalangan agamawan (uskup, biarawan)
Vassal atau Knights adalah adalah kaum bangsawan yang memberikan jasa (umumnya dalam bentuk dukungan militer) kepada Lord dengan imbalan berupa tanah yang disewakan
Fief adalah tanah yang disewakan berupa lahan-lahan pertanian
Serf atau penggarap tanah ialah petani yang mengerjakan lahan pertanian dengan status setengah budak.
Ragam pengertian yg variatif tentang feodalisme mengerucut pada sebuah inti pembahasan bahwa feodalisme merupakan tanah dimana manusia itu hayati. Tanah memegang peranan krusial pada kehidupan sosial dan politik pada Eropa. Konteks tanah pada kehidupan sosial berarti loka buat hidup, disamping itu secara politis sebagai wilayah kekuasaan menurut penguasa-penguasa lokal. Feodalisme meruapkan sistem yang sebagai bagian berdasarkan sejarah dan peradaban manusia. Dari sini kita mengenal bahwa masih ada variable-variabel yang menentukan kedudukan atau kekuasaan. Salah satunya dinilai dari sebidang tanah yg dipahami dari pelbagai persfektif.
Kurt Student dilahirkan di Birkhonz, Jerman pada tanggal 12 Mei 1890. Student bergabung dengan Angkatan Darat Jerman pada tahun 1911. Dia kemudian di Jawatan Udara pada tahun 1913. Student masuk sebagai Fähnrich pada tahun 1910 dan diangkat sebagai letnan Maret 1911 di Angkatan Darat Prusia. Dia memenuhi syarat sebagai pilto pada tahun 1931 dan menjadi Pilot pengitai dan pembom selama Perang Dunia I.
Lahir
12 May 1890
Birkholz, German Empire Meninggal1 July 1978 (aged 88)
Lemgo, West Germany Kesetiaan
German Empire (to 1918)
Weimar Republic (to 1933)
Nazi Germany (to 1945) PengabdianPrussian Army
Reichsheer
Luftwaffe Lama Pengabdian1910–45 Pangkat TerakhisGeneraloberst Pemimpin7th Air Division
XI Fliegerkorps
1st Parachute Army Peperangan
World War I
World War II PenghargaanMendali Salib Kesatria dengan Daun Oak
Pasca Perang Dunia I, Student permanen bertugas di Angkatan Darat Jerman & lalu dipindah tugaskan ke Luftwaffe dalam tahun 1934. Student kemudian dikenal sebagai penasihat senior dan memainkan peranan krusial pada membangun Angkatan Udara Jerman yg baru. Dia lalu diangkat menjadi General Leutnant, & lalu menginstruksikan membentuk batalyon pasukan payung untuk Jerman pertama kali pada tahun 1938. Pembentukan pasukan payung tadi sebagai cikal bakal terbentuknya 7.Fliegerdivision Jerman.
Pasukan payung yang dibangun oleh Student mempunyai catatan keberhasilan yang baik selama pengerahan besar di Normandia, Belgia, dan Belanda pada tahun 1940. Tetapi selama operasi di Rotterdam beliau wajib dirawat karena mengalami luka berat akiba tertembak dibagian ketua.
Kurt Student meninjau Fallschirmj?Ger (Pasukan Payung)
Student sempat dilibarkan pada memimpin penerjunan Pasukan Payung Jerman pada Inggris & Gibraltar. Akan tetapi ke 2 operasi tersebut dibatalkan. Sebagai gantinya Student harus memimpin operasi penerjunan pasukan payung terbesar pada sejarah buat merebut Pulau Kreta. Pada pertempuran yang berlangsung antara 20 Mei 1941 hingga Juni 1941, pasukan payung dipimpinna menderita kerugian yang besar meskipun berhasil merebut Kreta.
Sejak waktu itu Hitler melarang penerjunan pasukan payung berskala besar & memfokuskan pada membangun infantry. Student sendiri kemudian memegang komando 1.Fallschirmarmee yang dilibatkan pada usaha membentuk ekspansi Front Kedua Sekutu pada Eropa Barat. Student berakhir sebagai Panglima Satuan Darat Grup Vistula dalam akhir Perang Dunia II.
Pada bulan Mei 1947, Student diadili atas delapan tuduhan penganiayaan dan penghilangan nyawa tawanan perang oleh anak buahnya di Kreta. Dia ditemukan bersalah atas tiga tuduhan, dan dijatuhi sanksi 5 tahun penjara menjadi hukuman. Kemudian, Student diberi pembebasan athun baru 1948 karena alasan medis. Student lalu mati pada tahun 1978.
Foto terakhir Bung Hatta sebelum masuk tempat tinggal sakit, lepas 1 Maret 1980. Foto: Deppen & Ipphos
Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta atau yang dikenal sebagai Bung Hatta. Merupakan tokok proklamator Indonesia & Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir menggunakan nama Mohammad Athar di Fort de Kock (kini Bukit Tinggi, Sumatera Barat), Hindia Belanda dalam 12 Agustus 1902.
Kunjungan kerja Wakil Presiden Moh.Hatta ke Yogyakarta tahun 1950. Foto: Dokumen Keluarga Pranoto Reksosamodra
Bung Hatta adalah pejuang konvoi nasional, ekonomi, dan jua proklamator kemerdekaan Republik Indonesia bersama Ir. Soekarno. Bung Hatta pernah sebagai Wakil Presiden Indonesia yang pertama & Perdana Menteri Indonesia pada kabinet Hatta 1, Hatta II, dan RIS. Ia mundur berdasarkan jabatan wakil presiden dalam tahun 1956, lantaran berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta pula dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Pada masa tuanya, banyak yg mengabarkan bahwa Bung Hatta kesulitan membayar iuran air dan pajak bumi bangunan, lantaran uang pensiun yg mini . Hal inilah yg menciptakan gubernur Jakarta waktu itu, Ali Sadikin buat mengajukan Bung Hatta sebagai warga kota primer. Atas perhatian Bang Ali ini lah Bung Hatta tidak membayar iuran air dan pajak bumi bangunan (PBB).
Bung Hatta wafat dalam tanggal 14 Maret 1980 pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta sesudah sebelas hari dia dirawat di sana. Selama hidupnya, Bung Hatta sudah dirawat pada tempat tinggal sakit sebanyak 6 kali pada tahun 1963, 1967, 1971, 1976, 1979, dan terakhir dalam tiga Maret 1980. Keesokan harinya, beliau disemayamkan di kediamannya Jalan Diponegoro 57, Jakarta dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta disambut menggunakan upacara kenegaraan yang dipimpin secara eksklusif sang wapres dalam saat itu, Adam Malik. Bung Hatta wafat di usia 77 tahun.
Pemerintah Orde Baru memberikan gelar Pahlawan Proklamator pada Bung Hatta dalam 23 Oktober 1986 bersama menggunakan mendiang Bung Karno. Pada 7 November 2012, Bung Hatta secara resmi bersama dengan Bung Karno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan Nasional.
Harian Sejarah -Masuk dan menyebarnya Islam ke Nusantara melalui pesisir Sumatera dan mempengaruhi Kesultanan yang berada di daerah yang sekarang bernama Aceh. Nama kerajaan tersebut adalah Samudera Pasai dan raja pertamanya yang memeluk Islam bernama Marah Silu, yang kemudian setelah masuk Islam bergelar Sultan Malik as-Saleh.
Selain itu, daerah Malaka yang merupakan pusat perdagangan penting dan juga pusat penyebaran Islam berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama Kesultanan Malaka. Dari sini, Islam kemudian menyebar. Setelah itu, penyebaran agama Islam dilakukan secara besar-besaran oleh para pedagang melalui pantai timur Sumatera dan menyebar ke seluruh Sumatera. Oleh karena itulah, di daerah Sumatera Timur dan Tengah terdapat beberapa kesultanan. Beberapa kesultanan yang berada di daerah Sumatra Timur dan Tengah, dengan masa dan rentang waktu yang berbeda pula. Namun, makalah ini hanya akan berfokus pada pembentukan Kesultanan Siak.
Pada mulanya, wilayah Siak sendiri merupakan wilayah vasal yang berada dibawah Kesultanan Melaka. Siak sendiri pada masa itu merupakan sebuah pusat penyebaran dakwah dan syiar Islam dan merupakan wilayah dengan Islam yang kental, sehingga berdampak pada peradaban, kebudayaan dan adat. Hingga dikatakan bahwa orang yang pandai dalam pengetahuan Islamnya dikenal dengan sebutan Orang Siak. Sejak jatuhnya Malaka ke tangan VOC, Kesultanan Johor telah mengklaim wilayah Siak sebagai wilayah kekuasaannya.
Hal ini terus berlangsung sampai pada akhirnya, pemimpin yang berkuasa di Siak yang bernama Raja Kecik memutuskan untuk melepaskan diri dari pengaruh Kesultanan Johor dan menjadi sebuah kesultanan yang mandiri dan berdaulat. Dalam Hikayat Siak disebutkan, bahwa Raja Kecik merupakan seorang pengelana pewaris Sultan Johor yang kalah dalam perebutan kekuasaan di Kesultanan Johor dan kemudian menyingkir ke Siak. Nama aslinya adalah Sultan Abdul Jalil Syah. Di Siak inilah, Raja Kecik atau yang juga bernama Sultan Abdul Jalil Syah kemudian mendirikan sebuah kesultanan dengan nama Siak Sri Indrapura.
Wilayah dan Sistem Pemerintahan Kesultanan Siak
Wilayah Kesultanan Siak
Wilayah kekuasaan Kesultanan Siak setidaknya mengalami 3 fase perubahan dari saat awal didirikannya Kesultanan Siak Oleh Sultan Abdul Jalil Rakhmat Syah pada tahun 1723 sampai saat masa sultan terakhir Sultan Syarif Kasim II. Pada saat masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Syah, daerah kekuasaannya meliputi Perbatinan Senapelan, Perbatinan Gasip, Perbatinan Sejaleh, Perbatinan Perawang, Perbatinan Sakai, Perbatinan Petalang, Perbatinan Tebing Tinggi, Perbatinan Senggoro, Perbatinan Merbau, Perbatinan Rangsang, Kepenghuluan Siak Kecil, Kepenghuluan Siak Besar, Kepenghuluan Rempah, dan Kepenghuluan Betung.
Pemerintahannya berpusat di daerah Buantan. Seiring berjalannya waktu, Raja Kecik memperluas daerah kekuasaannya dan merebut Rokan Tanah Putih, Bangka dan Kubu. Pada tahun 1724 dan 1726 Siak menyerang orang-orang Bugis di Kedah, tetapi Kedah tidak berhasil ditaklukan. Wilayah kekuasaan Kesultanan Siak mencapai titik puncak perluasan wilayahnya pada saat masa pemerintahan Sultan Syarif Ali Abdul Jalil Baalawi.
Pada saat pemerintahan Sultan Syarif Ali Abdul Jalil Baalawi, Kesultanan Siak mengalami perluasan wilayah hingga melingkupi 12 wilayah jajahan yang terdiri dari Kotapinang Pagarawan, Batubara Bedagai, Kualuh, Panai, Bilah, Asahan, Serdang, Deli, Langkat, dan Temiang yang berbatasan dengan Aceh dan wilayah taklukan Sambas di Kalimantan.
Luas wilayah kekuasaan Kesultanan Siak mengalami penyusutan wilayah yang cukup signifikan pada tahun 1858 yang diakibatkan oleh ditandatanganinya Traktat Siak. Perjanjian itu sendiri diwakili oleh dua orang yaitu Residen Riau J.F. Niewenhuyzen dan Sultan Syarif Ismail Abdul Jalil Syarifuddin yang isinya adalah :
Belanda mengakui hak otonomi Siak atas daerah Siak asli.
Siak menyerahkan daerah jajahannya yaitu Deli, Serdang, Langkat, dan Asahan kepada pemerintah kolonial Belanda
Dan dengan disetujuinya perjanjian tersebut, Kesultanan Siak menjadi berada dibawah naungan pemerintah kolonial Belanda
Sistem Pemerintahan Kesultanan Siak
Sultan Abdul Jalil Rakhmat Syah sebagai pendiri Kesultanan Siak merumuskan awal landasan sistem pemerintahan di Kesultanan Siak. Sistem pemerintahan di Kesultanan Siak mengatur bahwa Sultan memiliki Dewan Kesultanan sebagai pembantu Sultan dan fungsinya sebagai Pelaksana dan Penasihat Sultan. Dewan Kesultanan terdiri atas :
Datuk Tanah Datar dengan gelar Sri Paduka Raja
Datuk Lima Puluh dengan gelar Sri Bejuangsa
Datuk Pesisir dengan gelar Sri Dewa Raja
Datuk Kampar dengan gelar Maharaja Sri Wangsa
Ada pula selain keempat datuk tersebut adalah Datuk Bintara kanan dan Bintara Kiri yang bertugas dalam pengaturan tata pemerintahan, hukum dan undang-undang kesultanan, Datuk Laksmana bertugas dalam pengaturan kelautan, dan Panglima untuk mengatur wilayah daratan.
Kesultanan Siak pun juga mengatur sistem pemerintahan yang ada di daerah, pemerintahan yang berada di daerah-daerah diatur dan dipimpin oleh para Kepala Suku yang mempunyai gelar Penghulu, Orang Kaya, dan Batin. Ketiga jabatan tersebut tingkatannya sama, hanya saja bagi Penghulu mereka tidak memiliki hutan tanah (tanah ulayat). Dalam bertugas Penghulu pun memiliki pembantu dalam menjalani tugasnya yaitu:
Sangko Penghulu (wakil penghulu)
Malim Penghulu (pembantu urusan agama)
Lelo Penghulu (pembantu urusan adat)
Sedangkan Batin dan Orang Kaya adalah orang yang mengepalai suku asli (conton : Perbatinan Sakai). Jabatan ini dikepalai secara turun-temurun. Mereka Memiliki hutan tanah (tanah ulayat). Dalam bertugas mereka dibantu oleh:
Tongkat (pembantu dalam urusan yang menyangkut kewajiban-kewajiban terhadap sultan)
Monti (pembantu urusan adat)
Antan-antan (pembantu yang dapat mewakilkan seorang Tongkat atau Monti jika keduanya sedang berhalangan)
Sistem pemerintahan yang dirancang oleh Sultan Abdul Jalil Rakhmat Syah ini bertahan hingga masa pemerintahan Sultan Syarif Hasim Abdul Jalil Syarifuddin. Sultan Syarif Hasim Abdul Jalil Syarifuddin mengubah sistem pemerintahan dan merumuskan landasan sistem pemerintahan Monarchy Konstitusional. Sistem pemerintahan ini diawali dengan disusunnya dan diberlakukannya Al Qawa’id atau Babul Qawa’id (Konstitusi Tertulis Kesultanan Siak).
Sultan Siak berserta Dewan Menterinya dan Kadi Siak pada tahun 1888. Foto: Tropenmuseum
Perubahan sistem pemerintahan juga terjadi di dalam lembaga Kesultanan. Sultan di dalam menjalankan pemerintahannya dibantu oleh pejabat kesultanan yang memimpin lembaga kesultanan yang berada di pusat maupun yang berada di daerah, terdiri dari:
Dewan Menteri
Bertugas dalam memilih dan mengangkat seorang sultan dan membantu sultan dalam merumuskan hukum peraturan dan undang-undang
Hakim Kerapatan Tinggi
Bertugas dalam setiap pengadilan umum dalam kasus-kasus yang melibatkan masyarakat Siak
Hakim Polisi
Kepala pemerintahan dalam tingkat Provinsi sebagai wakil sultan
Hakim Syariah
Hakim Syariah ada dua, yaitu Kadi Siak dan Imam Jajahan. Kadi Siak bertugas dalam menangani pengadilan tentang harta pusaka dan warisan serta dalam masalah hukum adat. Imam Jajahan bertugas sebagai pembantu Kadi Siak
Hakim Kepala Suku
Tingkatan pemerintahan yang terendah dan tugasnya adalah sebagai pemimpin pemerintahan dan pengatur kehidupan bermasyarakat, beragama, dan bernegara di dalam suku-sukunya masing-masing. Hakim Kepala Suku berada dibawah naungan Hakim Polisi
Sistem pemerintahan ini sempat diubah oleh belanda. Sultan memerintah tanpa didampingi oleh Dewan Menteri karena kedudukan pemerintahan ini telah dihapuskan dan wilayah Kesultanan Siak dipersempit yang awalnya memiliki 10 provinsi menjadi hanya 5 distrik.
Sistem pemerintahan ini bertahan hingga pemerintahan Sultan Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin atau yang dikenal juga sebagai Sultan Kasim II Mendeklarasikan bahwa Kesultanan Siak Sri Indrapura menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1946.
Hubungan Perdagangan di Kesultanan Siak
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, orang-orang Melayu kemudian ikut berdagang. Perdagangan di Melayu sendiri sudah mengalami perjalanan yang panjang dengan dimulai dari Melaka, hingga akhirnya sampai ke Siak. Pada awalnya, di wilayah Siak terdapat syahbandar-syahbandar yang bertugas memungut cukai untuk kapal yang disebut sebagai “tebusan wang kapal”. Tentunya, pada masa itu upeti tersebut masih diberikan kepada Kesultanan yang berkuasa pada masa itu yaitu Kesultanan Melaka.
Setelah Siak menjadi kesultanan sendiri, pada masa pemerintahan Sultan Alamuddin Sayah, pusat pemerintahan dipindahkan ke Senapelan. Maksud dan tujuan dipindahkannya pusat pemerintahan ini adalah agar dibukanya pusat perdagangan baru yang lebih dekat dengan daerah-daerah penghasil barang dagangan. Oleh karena itu, kemudian dibuka pekan di bandar Senapelan, dan disebut Bandar Pekan, yang akhirnya berubah lagi menjadi Pekanbaru.
Dengan dipindahkannya pusat pemerintahan dan memperbesar pusat perdagangan tersebut, maka terbuka lebar jalur perdagangan antara Senapelan dengan daerah-daerah penghasil lada, gambir dan hasil hutan lainnya. Perdagangan yang telah dirintis sebelumnya juga dikembangkan dan dipelihara. Selain itu, bagi daerah-daerah taklukan wajib membayar upeti kepada Siak. Langkah lain yang dilakukan dalam proses pengurusan upeti dagang ini adalah dengan cara mengangkat saudara-saudara Sultan ini menjadi penguasa di daerah yang telah ditaklukkan.
Kehidupan Masyarakat di Kesultanan Siak
Sebagai akibat dari pengaruh agama Islam, tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara rakyat jelata dengan bangsawan. Golongan bangswan yang termasuk didalamnya adalah keluarga sultan, pembantu-pembantu sultan dan pegawai Istana. Mereka bertugas untuk menjalankan roda pemerintahan sehari-hari, sedangkan masyarakat sebagai rakyatnya bertugas untuk melaksanakan kehidupan mereka masing-masing dan juga untuk menunjang kehidupan perdagangan seperti bertani sebagai petani, menjaring ikan sebagai nelayan serta mengumpulkan hasil-hasil hutan.
Dalam kehidupan sehari-hari, Sultan selain bertindak sebagai seorang kepala negara dan pemerintahan juga bertindak sebagai kepala agama. Oleh karena kedudukan sultan ini, maka rakyat semakin kuat keinginannya untuk memeluk agama Islam karena selain didasarkan pada keinginan sendiri juga karena mengikuti perintah sultan untuk memeluk agama Islam.
Selain itu, di daerah-daerah ini juga dibangun mesjid-mesjid yang selain digunakan untuk tempat ibadah juga digunakan sebagai tempat bermusyawarah, mengajarkan agama Islam, dan mendidik kader-kader dakwah. Di mesjid sendiri berkumpul unsur pimpinan agama Islam yaitu khadi, imam, khatib dan bilal. Di samping adanya mesjid ini, dibangun pula surau yang berfungsi sama seperti mesjid. Yang membedakan antara mesjid dan surau adalah, di mesjid terdapat mihrab, sedangkan di surau tidak terdapat mihrab.
Dalam bidang kesenian sendiri, sebagai akibat dari pengaruh Islam, muncul kesenian yang baru seperti bangunan mesjid, seni ukir, seni sastra, syair-syair dan bahasa. Seni bangunan mesjid yang bercampur dengan kebudayaan lama seperti punden berundak-undak yang dicampurkan dengan menara dan mihrab. Selain itu, perkembangan seni sastra juga semakin pesat dengan munculnya syair, gurindam, hikayat, zikir dan tarombo.
Perkembangan sastra yang pesat ini memunculkan antara lain syair perang siak, Hikayat Hasan dan Husin, Hikayat Bayan Budiman, Tarombo Siri dan Tambusai. Jenis kesenian lain yang juga berkembang adalah seni suara yang bercorak Islam seperti bersanji, berzikir, berhikayat, berdah dan qasidah.
Bergabung dengan Indonesia
Potret Sultan Siak, Sultan Syarif Kasim II dan istrinya (1910-1939). Foto: Tropenmuseum
Sultan Syarif Kasim II, merupakan Sultan Siak terakhir yang tidak memiliki putra. Seiring dengan kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan negara Republik Indonesia.
Daftar Sultan Siak Sri Indrapura
Sultan Hashim Abdul Jalil Muzaffar Shah. Foto: Tropenmuseum
Sultan Abdul Jalil Rahmad Shah I (1725–1746)
Sultan Abdul Jalil Rahmad Shah II (1746–1765)
Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Shah (1765–1766)
Sultan Abdul Jalil Alamuddin Shah (1766–1780)
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Shah (1780–1782)
Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Shah (17821784)
Sultan al-Sayyid al-Sharif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Ba'alawi (1784–1810)
Sultan al-Sayyid al-Sharif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810–1815)
Sultan al-Sayyid al-Sharif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815–1854)
Sultan al-Sayyid al-Sharif Qasim Abdul Jalil Syaifuddin I (Syarif Qasim I, 1864–1889)
Sultan al-Sayyid al-Sharif Hashim Abdul Jalil Muzaffar Shah (1889–1908)
Sultan al-Sayyid al-Sharif Qasim Abdul Jalil Syaifudin II (Syarif Qasim II), (1915–1949)
Sumber:
Ahmad Supandi. 2015. Kesultanan Siak Sri Indrapura : Islam danPerlawanan Terhadap Kolonialisme pada tahun 1760 – 1946 M. (Skripsi)
Depdikbud. 1982. Sejarah Daerah Riau. Riau: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau
Yuli S. Setyowati. 2004. Sejarah Riau. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Norma Dewi. 1999. Selintas Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura dan Peninggalannya. Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Depdikbud Provinsi Riau Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Riau
Penulis: Ammar Zuhdi dan Malik Maulana Irfan - Universitas Indonesia
Pada tahun 1948, Bung Hatta pada pengasingan pasca Agresi Militer Belanda II. Foto: KTLV
Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yg diawali menggunakan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia waktu itu, dan penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir & beberapa tokoh pemerintahan lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini mengakibatkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yg dipimpin sang Sjafruddin Prawiranegara atas mandat Pemerintahan di Yogyakarta sebelumnya.
Para pemimpin republik baru mengetahui, bahwa mereka diasingkan ke Pulau Bangka, akan namun rombongan Presiden Soekarno, Sutan Sjahrir, & Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim terus diterbangkan lagi menuju Medan, Sumatera Utara, buat kemudian diasingkan ke Brastagi & Parapat, ad interim Drs. Moh. Hatta (Wakil Presiden), RS. Soerjadarma (Kepala Staf Angkatan Udara), MR. Assaat (Ketua KNIP) dan MR. AG. Pringgodigdo (Sekretaris Negara) diturunkan pada pelabuhan udara Kampung Dul Pangkal Pinang & terus dibawa ke Bukit Menumbing Mentok dengan dikawal truk bermuatan tentara Belanda & berada dalam pengawalan pasukan khusus Belanda, Corps Speciale Troepen.