Pada awal - awal perang Rusia - Jepang, Tentara Jepang mendarat di Korea & Manchuria dan mulai memukul mundur Tentara Rusia balik ke markas mereka yaitu ke Port Arthur. Terletak di Semenanjung Liaodong, Port Arthut merupakan satu - satu nya pelabuhan air hangat Rusia di pasifik. Salah satu alasan Jepang ingin merebut pelabuhan ini yaitu pada Perjanjian Shimonoseki yg salah satu isinya merupakan Dinasti Qing harus menyerahkan Semenanjung Liaodong, Formosa, dan Kepulauan Pescadores pada Jepang.
Perang Rusia ~ Jepang ini akan banyak menggunakan taktik & senjata yang akan membentuk perang modern seperti senapan mesin, kawat berduri, howitzer, senapan dengan menggunakan operasi sistem Bolt-action, & Ranjau.
ok, kembali ke cerita, Karena dipukul mundur oleh tentara jepang dan kembali ke port arthur, Mayor Jenderal Anatoly Stoessel bersiap - siap untuk mempertahankan kota pelabuhan tersebut dengan memperkuat pertahanan - pertahanan yang sudah ada. Sebelumnya, Port Arthur diduduki Rusia pada 1887, dari tahun ke tahun Rusia telah memperkuat pertahanan kota terebut, pertahanan kota tersebut jauh lebih kuat dari pada ketika kota tersebut diserang oleh jepang pada perang sino-jepang pertama.
~Gerakan Awal Jepang
Jendral Nogi Maresuke komanda dari tentara jepang ke tiga, dengan kekuatan sekitar 50.000 -an tentara ditugaskan untuk merebut kota tersebut. Nogi percaya bahwa dia dapat merebut kota tersebut dengan cepat, karena pengalamannya sebagai komandan jepang yang pernah merebut kota tersebut pada perang sino - jepang pertama.
Saat menuju ke kota, Nogi mulai menembaki garis pertahanan rusia pada 7 Agustus 1904 dengan dukungan AL jepang di bawah Admiral Togo Heihachiro yang telah memblokade skuadron armada pasifik pertama rusia.
Selama 2 hari berikutnya, Nogi meluncurkan serangkaian serangan frontal untuk merebut posisi pasukan rusia di bukit orphan, namun serangan ini juga menimbulkan korban jiwa yang besar dipihak jepang sendiri. Dengan jatuhnya bukit ini ketangan jepang, Tsar Nicholas II memerintahkan squadron armada pasfik pertama untuk keluar dan menuju Vladivostok, namun sayang squadron armada pasifik pertama dikalahkan pada pertempuran laut kuning oleh armada jepang sehingga terpaksa kembali lagi ke port arthur. Setelah berhasil mengepung kota secara penuh, nogi merencanakan untuk menyerangan wantai ravine. Jika serangan itu berhasil maka memudahkan jepang untuk menyerang langsung ke kota.
Pada 19 Agustus 1904, Jepang mulai menyerang garis pertahanan Rusia di bukit dengan ketinggian 174 meter, bukit tersebut dipertahankan oleh resimen siberia ke-5 & ke-13 dibawah pimpinan Kolonel Nikolai A. Tretyakov. Pertempuran berjalan sengit, namun setelah 2 hari bertempur dan tidak ada bala bantuan yang datang, Tretyakov terpaksa mundur. Serangan tersebut menyebabkan korban tewas sebanyak 16.000 dipihak jepang, karena gagal menembus pertahanan rusia, Nogi bersikeras untuk mengepung meski terdapat perintah untuk merebut kota secepatnya.
Dibawah tekanan dari Tokyo, Nogi memulai kembali serangan pada 26 November 1904, dengan melakukan serangan frontal dibukit Bukit Akasakayama namun dapat dipukul mundur oleh pasukan rusia, serangan berlanjut 9 hari berikutnya dimana jepang dapat merebut posisi pertahanan rusia di bukit tersebut. Perebutan bukit tersebut sangat berarti terhadap jepang, dengan memindahkan 28 cm Howitzer L/10 kepuncak bukit dari posisi ini tentara jepang berhasil menenggelamkan kapal perang rusia.
Melihat kehancuran armada rusia Mayor Jenral Anatoly Stoessel melakukan diskusi dengan komandan lainnya pada 8 Desember 1904, setelah diskusi berlangsung lama akhirnya mereka sepakat untuk melanjutkan pertempuran. Namun hari ke hari posisi rusia semakin terdesak dengan jatuhnya Benteng Chikuan (18 Desember 1904), Benteng Erhlung (28 Desember 1904), dan Fort Sungshu (31 Desember 1904). Pada tahun baru, Wantai Ravine akhirnya jatuh ke tangan Jepang, tanpa berkonsultasi ke komandan senior, Stoessel menyerahkan port arthur ke jepang.
~Korban :
Jepang : 57.780 tewas
Rusia : 31.306 tewas, terbunuh, atau hilang.
sumber: 20th Century History
Bourbon