Cari cara mengatasi bibir kering?
Home » » Cari cara mengatasi bibir kering? Pakai pelembab bibir dari bahan alami ini, yuk
pengalaman Memutihkan Ketiak Dengan jeruk nipis
Tips 3 Menit Putihkan Ketiak dan Selangkangan
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Saturday, March 20, 2021
Surat Terakhir Soe Hok Gie kepada Sahabatnya
Beberapa waktu yang lalu. Kita mengenang kematian seorang sosok. Aktivis Mahasiswa tahun 1965. Dia Soe Hok Gie, merupakan Seorang Aktivis dan Mahasiswa Sejarah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Banyak yang mengenalnya sebagai pemuda yang tangguh. Sosok pemuda nasionalis sejati.
Pemikirannya yg kritis dalam membicarakan gagasan dikenang sampai ketika ini oleh pemuda-pemuda yg menganggumi pemikirannya. Ia mati pada usia yang cukup belia yaitu 27 tahun, satu hari sebelum hari kelahirannya. Ia mangkat 16 Desember 1969. Kini dalam hari ini kita merayakan kelahiran sosok pemuda yang mangkat sebagai dosen sejarah itu.
" Dia (Soe Hok Gie) adalah seorang, jujur, dan berani. Dan menge-rikan, karena ia maju lurus dengan prinsip-prinsipnya tanpa kenal ampun, Maka seringkali ia bentrok karena dianggap taktis. " (Nugroho Notosusanto, Kompas, 26 Desember 1969).
Gie merupakan orang yang bersahabat dengan pena. Ia kerap kali menulis catatan harian, artikel, dan surat kepada sahabat-sahabatnya. Catatan hariannya sendiri kemudian diterbitkan menjadi buku Catatan Harian Seorang Demonstran. Menjelang kematiannya, Gie menulis surat untuk sahabatnya, Herman Lantang mengenai rencana mendaki gunung Semeru. Dan itu merupakan terakhir kali Gie mendaki gunung, hal yang ia sukai.
Berikut ini video yg menggambarkan "surat-surat terakhirdanquot; Gie kepada sahabat-sahabatnya.
Surat Herman Lantang untuk Soe Hok Gie
Pada peringatan 44 tahun kematian Soe Hok Gie & Idhan Lubis, Herman Onesimus Lantang, sahabat karib Soe Hok Gie yg sebagai pemimpin pada pendakian tersebut, mengunjungi prasasti Soe Hok Gie pada Museum Taman Prasasti, Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat. Senin, (16/12).
Hanya Herman yang sempat datang. Tiga anggota survival tim pendakian Semeru 1969 lainnya yang masih hayati, yaitu Aristides Katoppo, Abdurachman, dan Rudy Badil nir dapat hadir lantaran kondisi yg nir memungkinkan.
Setahun belakangan ini, berembus rumor miring terkait peristiwa kematian Soe Hok Gie & Idhan Lubis, yg dinilai persekongkolan, membuat Herman Lantang melayangkan surat buat sahabat seperjuangannya, Soe Hok Gie. Di dekat prasasti Soe Hok Gie, Herman membacakan secara spontan. Berikut isinya:
"Soe yang baik"
Gak terasa ya udah 44 tahun lu berangkat tinggalin kita, ternyata gue sekarang udah menjelang umur 74, Soe. Jadi udah tua, akan tetapi gue yakin Tuhan masih makai gue, Tuhan punya maksud memberi gue umur panjang, gak kayak lu dipanggil cepat. Dan, lu jua memberi imbas yang hebat buat orang-orang.
Gak terasa Soe, sorry gue sih niatnya masih pingin napak tilas ke Semeru, pasti masih mampu, walaupun gue kini udah patah kaki, pakai 2 tongkat, udah stroke. Tapi gue konfiden gue mampu, cuma satu, syarat gak memungkinkan, gue harus terbang ke Malang dan gunakan mobil ke arah Ranu Pane, baru gue jalan, sanggup.
Berapa lama pun gue mampu naik turun Semeru, gue konfiden mampu. Tapi syarat gak memungkinkan, jadi terpaksa buat tahun ini kita gak tapak tilas akan tetapi tiba ke tempat nisan lu, pada Taman Prasasti, buat ngumpul & ngenang akan kebesaran Tuhan.
Gua prihatin Soe, Mapala UI sekarang gak memperingati ultah Mapala lepas 12 yg lalu. Dan jua Mapala nir buat acara buat peringatan kepergian kalian 16 Desember. Tapi, that?S life ! Itu lah hidup, yang penting kita teman-sahabat lu masih tetap mengenang lu dan menjadi kenang-kenangan indah. Dan, menjadi satu pelajaran buat kita semua akan kebesaran Tuhan.
Di Taman Prasasti udah keren banget Soe, yang aslinya lu cuma punya nisan, "Nobody Knows The Trouble I've Seendanquot; (Negro Spiritual Song). Yang lainnya udah dipugar secara keren buat generik, tamannya bagus, tempatnya cantik, hening.
Gue kemari tersebut pagi, Joyce berangkat ke Cikini. Joyce bini gua, lu gak memahami kan gua akhirnya kawin jua?, beliau jaga kemenakannya Retno Momoto, bininya Benny Mamoto yg tahun 1970 pernah ikut tapak tilas ke Semeru.
Gue sendirian pada sini, akan tetapi gua bahagia ditemanin sahabat-sahabat pecinta alam yang mengagumi lu, sialan! Emosi lagi kumat!, terima kasih Soe, (menangis, bunyi tertahan beberapa dtk), lu menjadi teladan (nangis lagi) buat generasi penerus (nangis) walau lu udah gak ada, akan tetapi pemikiran lu sebagai panutan orang-orang (suara terbata-bata).
Gua sedih, soal peristiwa Semeru, terdapat orang yang masukin ke Facebook dan orang-orang yg gak ngerti kita, gak ngerti persahabatan kita, mancing-mancing agar gua panas, sebab kelemahan gue berdasarkan dulu kan gitu, cepet murka dan panas. Tapi puji Tuhan, gue dikaruniakan kebijaksanaan makin tua & kesabaran dan gue belajar untuk jadi humble.
Gue hingga kini masih punya niat buat tiba ke Semeru, malah dengan Joyce punya niat untuk ke zenit cartenz, itu sanggup. Eh by the way, itu tempat tinggal kita mau dijual, dan bila sudah laris bakal pindah ke Curug Nangka pada Bogor.
Di situ gua akan dirikan perpustakaan, Benny Mamoto almarhum punya kitab banyak kayak lu kan, kitab - buku terlarang, Lenin, Mau Tse Tung, Bung Karno, Tan Malaka, kayak buku lu, buat perpustakaan generik. Sayang, kitab lu yang di Yayasan Mandalawangi gak kentara entah kemana.
Oke, itu aja, ya semacam berkeluh kesah. Kayak lu kan biasa begitu sama gue. Ok Gie, sampai ketemu di sana. Tungguin gue ya, bye.
Sahabatmu,
Herman O. Lantang
Sumber: Detik. Senin 16 Dec 2013