Illustrasi dariBoy Dozan |
Banyak orang yg menganggap bahwa mengusut kerajaan klasik merupakan hal yang sulit, saya pun putusan bulat, apalagi buat kerajaan dalam abad 1-15. Saya kira kesulitan itu disebabkan oleh sedikitnya bukti fisik yg ditemukan. Sehingga para sejarawan sangat sulit buat merangkai kisah kerajaan tadi secara runtut & menarik. Maka buat tahu Kerajaan Klasik, ada baiknya kalian mencari tahu dulu prasasti-prasasti yg ditinggalkan sang kerajaan bersangkutan.
Sriwijaya berasal menurut Bahasa Sansekerta. Sri ialah gemilang atau bercahaya, dan Wijaya adalah kejayaan atau kemenangan. Maka secara bahasa, Sriwijaya merupakan Kemenangan yang gemilang. Dan tampaknya, arti berdasarkan kata Sriwijaya sahih-benar terjadi, terbukti Kerajaan Sriwijaya bisa berdiri kokoh selama sekitar lima abad. Mungkin ini yang dianggap kemengangan yang gemilang.
Berbicara mengenai kerajaan maritim global, mungkin Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar di global. Luasnya kerajaan Sriwijaya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat, & kemungkinan Jawa Tengah.
Sejarah Awal
Perkiraan Wajah I Tsing.Wikipedia |
Ada dua bukti fisik yg berkaitan dengan awal mula Sriwijaya, pertama Catatan Perjalanan I Tsing (seseorang biksu budha menurut China), dan yang kedua adalah prasasti Kedukan Bukit.
Kita mulai berdasarkan I Tsing terlebih dahulu. I Tsing adalah Biksu Budha menurut China, tepatnya Guangzhou. Awal mulanya, I Tsing berniat pergi ke India buat menyelidiki agama Budha. Namun, beliau nir bisa bahasa Sanskerta (bahasa yg digunakan di India pada ketika itu). Akhirnya, beliau tetapkan untuk singgah dulu pada Fo-shih (Sriwijaya) untuk mempelajari segala mengenai Bahasa Sanskerta. Biksu Budha ini singgah sekitar 6 bulan, dalam rentang ketika 671-672 M.
Dalam buku catatannya, I Tsing menulis
"Jika agamawan China hendak pulang ke Barat buat mendengar & membaca (teks-teks Budhis yg asli), sebaiknya beliau tinggal pada Fo-shih selama satu tahun atau dua tahun & pada Fo-shih menerapkan aturan yang sesuai seperti Barat. Kemudian dia bisa pergi ke India Tengah."
Setelah belajar Bahasa Sanskerta, I Tsing berlayar menuju India. Keinginannya buat memperdalam ajaran Budha akhir terealisasi. Di India, I Tsing menetap selama sekitar sepuluh tahun. Setelah dikiranya cukup, I Tsing menetapkan buat pulang menurut India. Bukan China tujuannya, tetapi Sriwijaya. Lagi-lagi ia tetapkan buat tinggal pada Sriwijaya. Pada tahun 685 M dia datang pada Sriwijaya. Selama masa-masanya di sana, I Tsing banyak menghabiskan ketika buat menerjemahkan teks Budha yg ia dapatkan pada India.
Ketika tahun 689 M, dia menetapkan buat mudik ke Guangzhou. Kunjungan kali ini ia gunakan buat mencari 4 asisten untuk membantunya di Sriwijaya - Alhamdulillah dapat. Pada tahun yg sama, I Tsing eksklusif pulang ke Sriwijaya, nampaknya pulang kampung kali beliau lewatkan dengan cepat. Hal ini disebabkan oleh syarat angin yang sedang baik.
Bersama asistennya, I Tsing memulai tugasnya seperti biasa. Pada tahun 695, dia memutuskan untuk pergi kampung ke Guangzhou. Setelah itu beliau nir balik lagi ke Sriwijaya
Berdasarkan catatan I Tsing, Sriwijaya telah terdapat semenjak 671 M (waktu dia pertama kali pada Sriwijaya). Tidak dijelaskan secara gamblang tentang Sriwijaya. Tidak mengungkapkan letak tepatnya, nir menyebutkan siapa rajanya, berapa luas kerajaannya, bahkan I Tsing sama sekali nir menyebut kata Sriwijaya (beliau menyebutnya dengan Shih-li-fo-shih). Tetapi, dari catatan I Tsing, kita memahami bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yg termahsyur dengan ratusan biksu, selain itu rajanya baik kepadanya.
Kedukan Bukit : Ekspedisi Sriwajaya
Prasasti Kedukan Bukit.Wikipedia |
Antara catatan I Tsing dengan prasasti Kedukan Bukit punya fungsi yang erat. Pada dasarnya Prasasti KB (kedukan bukit) menguatkan bukti bahwa Sriwijaya benar-sahih terdapat.
Prasasti KB ditemukan pada kampung Kedukan Bukit, Palembang. Prasasti ini berbentuk batu ukuran 45 x 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa. Menggunakan bahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna ini sporadis dipakai dalam menulis prasasti, kebanyak prasasti di Nusantara ditulis menggunakan bahasa Sanskerta.
Isinya menjadi berikut. Pada 6Dapunta Hyang (gelar raja Sriwijaya) melakukan ekspansi dari Minanga ke wilayah Palembang (tempat ditemukannya prasasti). Adapun jumlah tentara yg beliau bawa sejumlah 20 ribu. Ekspansi ini berhasil menaklukan beberapa daerah. Untuk letak Minanga, hingga sekarang masih menjadi perdebatan.
Apabila kita hubungkan dengan catatan I Tsing, beliau datang pada tahun 671 M, ini merupakan Sriwijaya telah terdapat dalam ketika itu, tetapi I Tsing tidak mengungkapkan dengan niscaya siapa Rajanya. Menurut Prasasti KB, pada tahun 682 M, seseorang raja bergelar Dapunta Hyang melakukan ekspansi besar -besaran ke daerah lain. Dengan begitu, dalam ketika I Tsing tiba, Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang, yang bernama Jayanasa (nanti akan dijelaskan tentang Jayanasa dalam prasasti Kebun Kopi).
Talang Tuwo
Prasasti Talang Tuwo.Wikipedia |
Dua tahun sesudah Prasasti KB, tepatnya 684 M. Muncul sebuah prasasti baru. Yang pada dasarnya mengungkapkan kebaikan hati sang Raja. Di ceritakan bahwa sang raja menciptakan sebuah kebun butir-buahan buat generik pada Talang Tuwo, sebelah barat Palembang. Pada pembangunan kebun ini, sang raja meminta diukirkan sebuah teks, yg mengungkapkan harapan semoga manfaat pembuatan kebun ini bisa dirasakan sang seluruh makhluk.
Raja yang baik hati itu namanya adalah Jayanasasa. Dan kemungkinan besar , Dapunta Hyang yg tertulis di Prasasti KB merupakan Jayanasa.
Referensi
- http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/09/sriwijaya-di-mata-biksu-pengembara-dari-cina
- https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Kedukan_Bukit
- https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
- Cœdès, George (2015). Asia Tenggara Masa Hindu-Budha: KPG
Bourbon