Ia pejuang agresif & radikal yang punya kiprah akbar pada sejarah usaha kemerdekaan Indonesia. Ia jua tokoh revolusioner yg legendaris. Ia menghabiskan sebagian akbar hidupnya pada pembuangan pada luar Hindia [Indonesia] dan selalu terancam penahanan sang penguasa Belanda maupun Inggris. Tanpa henti dia perjuangkan kemerdekaan. Dua puluh tahun sebelum Indonesia merdeka, ia sudah mengumandangkan sebuah negeri merdeka pada tulisannya, ?Naar de Republiek Indonesia?, menuju republik Indonesia [1925] dan 2 tahun berikutnya memproklamirkan Partai Republik Indonesia [PARI]. Jauh sebelum Indonesia merdeka, dia sudah menyebut-nyebut bahkan berusaha mewujudkan kata ?Republik Indonesia?.
Tokoh politik kontroversial dalam sejarah Indonesia terkini ini bernama lengkap Ibrahim Datuk Tan Malaka. Ia lahir pada tengah lingkungan Minangkabau, berdasarkan pasangan Rasad Caniago & Sinah Simabur. Ia masuk sekolah dasar di Suluki pada 1902 kemudian melanjutkan ke Kweekschool [sekolah guru] pada Fort de Kock, dekat Bukittinggi. Oleh seorang pengajar, G.H. Horensma, ia didesak buat melanjutkan pendidikan di negeri Belanda. Pada tahun 1912 beliau berangkat ke Belanda buat melanjutkan sekolah di Rijks Kweekschool Haarlem Belanda.
Di Belanda, dia mengembangkan diri. Ia menonjol pada ilmu niscaya sehingga dipuji para gurunya, yang biasanya menerka orangorang Hindia Belanda tidak mampu mengerti soal ilmu pasti. Ia pula mengagumi kedisiplinan organisasi militer. Meski beliau mendalami pendidikan pengajar, dia juga mendalami kemiliteran pada Akademi Militer Breda, Ia membaca banyak kitab kemiliteran. Bersamaan dengan Revolusi Rusia 1917 minatnya terhadap butir pikiran Marx dan Engels makin besar . Ia kerap mengikuti aneka macam pembicaraan politik kaum kiri pada Amsterdam, jua diskusi terbuka antara Sneevliet dan Suwardi mengenai ?Kecenderungan Nasionalis dan Sosialis dalam Pergerakan Nasional Hindia? Di Amsterdam dalam 1919.
Di akhir tahun itu pula, Malaka kembali ke Hindia [Indonesia] dan menjadi guru di perkebunan Deli. Ia tidak bertahan lama karena tidak suka dengan ketimpangan sosial kolonial. Ia lalu menuju Semarang, bergabung dengan tokoh-tokoh kiri radikal, mendirikan sekolah rakyat yang kemudian popular, dan segera bergabung dengan partai komunis, ia kemudian menjadi ketuanya pada 1921. Ia menjadi tokoh terpenting partai ini sejak kepergian Semaun ke Rusia. Ia mengembangkan cabang Partai ini di daerah dan mengecam pemerintahan kolonial yang menindas para buruh. Ia lalu ditangkap karena terlibat dalam aksi pemogokan para buruh perkebunan pada 1922. Malaka lalu mengajukan permohonan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk dibuang ke Belanda.
Jadilah dia dua kali mengunjungi Belanda, tetapi buat yg ke 2 ini dia nir usang. Ia kemudian justru pulang ke Moskwa Rusia (1922). Di sana beliau berkumpul menggunakan tokoh komunis internasional. Pada 1924 dia sudah menjadi duta Komintern [komunis internasional] Asia Pasifi k yg berkedudukan pada Kanton China.
Semenjak itu, dia lalu lalang pada pelbagai negara di Asia pasifik. Diburu intelijen Belanda sampai Inggris & harus menyamar menjadi orang lain menggunakan nama bhineka, dari nama Cina hingga Arab. Pada 1924, dia menulis brosur ?Menuju republik Indonesia? Yg baru bisa dicetak tahun 1925 di Cina. Buku ini dibaca kaum pergerakan di Hindia [Indonesia].
Saat akan meletus pemberontakan komunis 1926, Malaka menolak keputusan kedap PKI di Prambanan. Ia menyatakan gerakan itu masih prematur dan dia terbukti benar. Gerakan revolusi itu gagal total. Hampir berbarengan dengan pemberontakan, ia menulis buku Massa Actie sebagai panduan buat melancarkan revolusi. Setelah itu, demi pergerakan kemerdekaan, beliau mendirikan PARI di Singapura. Malaka terus berjuang dengan berpindah-pindah tempat berdasarkan Cina hingga Singapura. Petualangannya yg legendaries itu akhirnya direkam pada sebuah novel laku bertajuk Spionnage-Dienst [Patjar Merah Indonesia] yg terbit di Medan dalam 1938.
Pada 1942, berbarengan menggunakan kedatangan tentara Jepang, ia menelusup balik ke tanah air dan tiba di Jakarta. Ia kemudian berada pada Bayah Banten, diantara para Romusha, menulis kitab Madilog, serta menyusun kekuatan bawah tanah. Ia memiliki jaringan dengan pemuda Menteng 31 yg terlibat penjemputan SoekarnoHatta ke Rengasdengklok. Malaka pula terlibat penggerakan massa pada kedap raksasa lapangan Ikada 19 September 1945.
Tan Malaka segera membentuk front Persatuan Perjuangan di Purwakarta pada Januari 1946. Ia menentang perjanjian Linggajati & Renville. Dalam front ini, Malaka mendesak untuk meraih kemerdekaan seratus persen menurut Belanda. Ia berjuang menentang perjanjian Linggajati dan Renville yg merugikan Indonesia. Ia sempat diamankan sebentar sang pemerintah dalam Maret 1946. Setelah itu, Ia sebagai anggota KNI [Komite Nasional Indonesia] & dalam 7 November 1947, beliau mendirikan partai Murba [Musyawarah Rakyat Banyak]. Ia ikut bergerilya di masa peristiwa ?Madiun Affair? Sampai pada Februari 1949, dia mangkat tertembak pada lereng gunung Wilis. Kuburannya tidak pernah diketahui menggunakan niscaya.
Atas perjuangan dan jasa-jasanya yang luar biasa dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia pada masa presiden Soekarno menaruh gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional dalam Tan Malaka dalam tahun 1963. Malaka mendapat gelar Pahlawan 24 tahun sehabis kepergiannya yang masih misterius.