Awalnya, apa yg dilakukan Ahmad Dahlan menerima tantangan menurut warga . Saat membetulkan arah kiblat di masjidmasjid Yogyakarta, rakyat sebagai gempar dan murka . Di masjid Gede Yogyakarta ia menciptakan garis-garis saf menurut yang semestinya. Garis saf itu dihapus orang dan surau miliknya dibongkar, dihancurkan. Kala dakwah pada Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh, dituduh kyai palsu lantaran berani mengajarkan pengetahuan generik pada sekolah kepercayaan . Tetapi, lama kelamaan, warga menerima perubahan yang dijalankannya. Sekolah, masjid, langgar, tempat tinggal sakit, poliklinik, & rumah yatim piatu poly didirikan. Semua itu adalah hasil pembaharuannya melalui Muhammadiyah.
Ahmad Dahlan bernama mini Muhammad Darwis. Ia putra keempat berdasarkan tujuh bersaudara keluarga K.H. Abu Bakar, seorang ulama & khatib terkemuka di Masjid Gede Kesultanan Yogyakarta. Ibu Darwis adalah keturunan H. Ibrahim yang pula menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Lalu ada yg meyakini bahwa Darwis termasuk keturunan kedua belas menurut Sunan Gresik [Maulana Malik Ibrahim], galat seorang Walisongo terkemuka yang mengembangkan Islam pada Jawa [Timur].
Dalam usia belia, 15 tahun, beliau sudah pergi haji dan tinggal pada Mekah selama 5 tahun. Darwis dalam masa ini mulai berinteraksi menggunakan pemikiran-pemikiran pembaharu pada Islam pada Mekah. Setelah dirasa cukup, ia balik pergi ke kampung Kauman dalam 1888, kemudian beliau berganti nama Ahmad Dahlan. Ia pulang ke Mekah dalam 1903 & menetap di sana selama dua tahun & sebagai siswa ulama akbar Syeh Ahmad Khatib yang sebagai imam pada Masjidil Haram. Ia pulang mendalami harapan pembaharuan Islam.
Ahmad Dahlan segera balik lagi ke Yogyakarta & berusaha memperbaiki keadaan umat Islam yg dirasanya mengalami kemunduran. Untuk memajukan umat wajib dilakukan pembaharuan di bidang praktik keagamaan, dan pembaharuan itu wajib dimulai dengan cara mengadakan pemugaran di bidang kemasyarakatan. Atas keyakinan ini, dalam 18 November 1912, ia mendirikan Muhammadiyah, sebuah organisasi yang beranjak pada bidang kemasyarakatan & pendidikan. Dahlan berusaha memajukan pendidikan Islam & membangun masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan dakwah ditingkatkan, pelajaran kepercayaan diberikan pada sekolah-sekolah generik. Sebaliknya, pada sekolah-sekolah agama diajarkan pula pengetahuan generik yg sebelumnya dihentikan. Kegiatan ini awalnya menyebabkan keresahan kaum Islam konservatif. Mereka terkejut saat Dahlan mengajar pendidikan kepercayaan Islam di OSVIA Magelang, sekolah pamong milik Belanda, sesuatu yang nir lazim kala itu. Bahkan Dahlan juga tak jarang bertemu dengan Romo van Lith. Dahlan tidak ragu masuk gereja dengan pakaian kyai lalu bertemu oleh romo.
Muhammadiyah berkembang pesat. Cabangnya telah terdapat diluar Yogyakarta bahkan hingga ke Ujung Pandang, meski dengan nama bhineka, karena izin Muhammadiyah hanya buat daerah Yogyakarta pada 1914. Pesatnya perkembangan gerakan pembaharuan ini menciptakan Dahlan mendirikan Aisyiah dalam 1918 untuk memajukan kaum wanita. Di tahun yang sama, Dahlan juga membuka gerakan kepanduan Hisbul Wathan buat kaum muda.
Barulah dalam dua September 1921, Muhammadiyah mendapat izin buat membuka cabang diberbagai daerah di Hindia Belanda menggunakan nama sama, Muhammadiyah. Kegiatan Dahlan semakin padat. Ia terus aktif berdakwah, memberikan pemahaman baru, pembaharuan yang diharapkannya akan mengganti nasib umat, terutama kaum muslimin, pada semua Nusantara. Dua tahun selepas Muhammadiyah yang didirikannya resmi membuka cabang di daerah-wilayah lain di luar Yogyakarta, Ahmad Dahlan mati dunia pada usia 54 tahun. Jenazahnya dikebumikan pada pemakaman Karangkajen Yogyakarta.
Atas jasa-jasanya, terutama pada memajukan umat dan memerhatikan emansipasi kaum wanita pribumi [Indonesia], pemerintah Indonesia mengangkat Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menggunakan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia pada 1961.