Gencatan senjata yg ditandatangani dalam lepas 27 Juli 1953 bukanlah akhir dari Perang Korea. Permusuhan masih berlanjut dalam bentuk beberapa konflik terbatas, pada kurun saat enam dasa warsa ke depan. Selama periode ini, Korea Utara tak jarang melakukan tindakan-tindakan perang terbuka melawan AS & Korea Selatan. Berikut beberapa insiden yg sudah terjadi.
1. Perebutan USS Pueblo - 23 January 1968
Korea Utara menyerang dan merebut kapal intelijen AL AS, yaitu USS Pueblo (AGER-2). Pueblo dikirimkan ke utara Laut Jepang lewat Selat Tsushima untuk mengintai aktivitas AL Soviet dan mengumpulkan intelijen tentang Korea Utara dari perairan internasional. Pueblo didatangi oleh sebuah submarine chaser Korea Utara yang menyuruhnya mengibarkan bendera asalnya. Pueblo mengibarkan bendera AS, dan diperintahkan untuk menyerah. Pueblo berusaha lari, namun kapal yang lebih pelan tersebut akhirnya dikepung oleh satu lagi submarine chaser dan empat kapal torpedo, serta dua pesawat MiG-21. Senjata defensif Pueblo hanyalah dua senapan mesin berat 12,7mm yang saat itu tidak terpasang.
Pueblo sempat bermanuver selama 2 jam buat menghindari kekuatan Korea Utara, namun lalu ditembak sang senjata 57mm submarine chaser yang mengakibatkan tewasnya satu orang awak. Pueblo menyerah & krunya mulai menghancurkan dokumen sensitif, meskipun tidak seluruh berhasil dihancurkan. Kapal tersebut akhirnya dinaiki sang orang-orang Korea Utara; krunya dipukuli , diikat, & ditutup matanya. 82 orang kru Pueblo kemudian ditawan & dibawa ke Korea Utara. Mereka dituduh melanggar batas perairan yang dinyatakan Korea Utara sejauh 93 km, walau batas perairan territorial yg disepakati secara internasional merupakan 12 km.
Kru Pueblo lalu ditawan di sebuah compound. Mereka sengaja dibentuk kelaparan dan disiksa secara bersiklus. Mereka sempat dipaksa untuk mengakui ?Kesalahan? Mereka dalam propaganda yang dibentuk-buat, namun menggunakan sengaja menyelipkan lelucon kotor pada setiap kesempatan yang ada menjadi bentuk protes. Para awak yang difoto mengacungkan jari tengah, & komandan Pueblo yg dipaksa menciptakan pernyataan menyelipkan istilah-kata ?Mengencingi? (pee on) pada sebuah pun tanpa dipahami orang-orang Korea Utara.
Setelah 11 bulan melakukan bisnis perundingan yg nir produktif, sebuah kesepakatan antara AS dan Korea Utara akhirnya dicapai. Alaihi Salam wajib mengakui bahwa Pueblo melakukan ?Intrusi? Ke daerah Korea Utara, meminta maaf, dan berjanji nir akan mengulangnya di masa depan. Semua tawanan dikembalikan pada Panmunjon. USS Pueblo sendiri masih berada di Korea Utara sampai kini , & tercatat tetap berada pada dinas pada AL Alaihi Salam.
Dua. Penembakan Jatuh Deep Sea 129 dalam April 1969
Sebuah pesawat EC-121 Warning Star dengan kode nama Deep Sea 129, diterbangkan dalam misi “Beggar Shadow”, yaitu misi pengintaian di era 60an akhir dimana sebuah pesawat terbang di perairan internasional sambil mengumpulkan intelijen tentang komunikasi negara-negara Blok Soviet. Deep Sea 129 direncanakan akan terbang dari NAS Atsugi di Jepang, kemudian terbang berputar-putar ke arah barat laut di Laut Jepang dan ke arah Uni Soviet di timur laut. Deep Sea 129 dilarang mendekat dalam batas 90 km dari garis pantai Korea Utara.
Setelah Deep Sea 129 menjalankan misi selama enam jam, Korea Utara menerbangkan dua jet tempur MiG-21 Fishbed ke arah pesawat tersebut. Karena radar mendeteksi kemungkinan pencegatan, Deep Sea 129 diperintahkan buat membatalkan misi dan balik ke pangkalan. Tetapi sepasang MiG tersebut melejit menggunakan kecepatan supersonik, dan dapat mengejar Deep Sea 129 yang terbang tanpa kawalan maupun senjata defensif. Titik Deep Sea 129 menghilang pada radar selesainya bercampur dengan titik MiG Korea Utara tadi. Beberapa jam selesainya serangan, media Korea Utara mengkonfirmasi bahwa Korea Utara menembak jatuh EC-121.
Respon militer Alaihi Salam merupakan mengirimkan Task Force 71 yang berisi kapal-kapal perang termasuk kapal induk Enterprise, Ticonderoga, Ranger, Hornet, battleship New Jersey, & sekumpulan destroyer dan cruiser. Beberapa opsi sempat dipikirkan sang administrasi Nixon selain pamer kekuatan, termasuk pemakaian pesawat kawal dalam misi-misi EC-121 dan aksi militer tegas, akan namun pada akhirnya, nir ada penindakan lebih lanjut. Korban jiwa dalam peristiwa ini berjumlah 31 orang kru EC-121 tersebut.
3. Insiden Pembunuhan Kapak Korea ? 18 Agustus 1976
Dua perwira AD AS, yaitu CPT Arthur Bonifas & 1LT Mark Barrett dibunuh tentara-tentara Korea Utara pada Joint Security Area pada zona demiliterisasi Korea (DMZ). Kejadian ini berawal menurut adanya sebuah pohon poplar di Joint Security Area yg menghalangi pandangan sebuah pos pengamatan UNC (United Nations Command). Sebuah tim yang terdiri menurut lima personnel Korean Service Corps (KSC) yang dikawal oleh tim keamanan UNC berjumlah 11 orang enlisted dan 3 orang perwira, berangkat untuk memotong pohon tadi. Tidak terdapat yang membawa senjata barah.
Saat pohon dipotong, 15 tentara Korea Utara yang dipimpin sang Senior Lt. Pak Chul muncul ke lokasi. Mereka mengamati pemotongan pohon selama 15 menit sampai Pak menyuruh proses tersebut dilarang ?Karena pohon tadi ditanam oleh Kim Il-Sung?. Personnel KSC/UNC tidak mengindahkan peringatan tersebut dan terus melakukan pekerjaannya. Setelahnya, sebuah truk Korea Utara tiba & menurunkan 20 orang bersenjata linggis dan tongkat pemukul. Ketika Bonifas membelakanginya, Pak memerintahkan bawahannya buat menyerang orang-orang itu. Bonifas & Barrett diserang menggunakan kapak yang sedang nir dipegang para penebang pohon.
Perkelahian berlangsung hanya 20-30 dtk sebelum personnel UNC dapat membubarkan orang-orang Korea Utara. Bonifas dipukuli oleh lima orang hingga tewas sebelum akhirnya ditarik ke sebuah truk oleh personnel UNC. Barrett sempat berlindung pada sebuah depresi yang tersembunyi, & baru dicari selesainya dikabarkan hilang 90 mnt kemudian. Ternyata Barrett telah dikapak sang orang-orang Korea Utara, & meninggal pada bepergian ke stasiun medis pada Camp Greaves.
AS segera merespon peristiwa ini menggunakan melancarkan Operasi Paul Bunyan. Tanggal 21 Agustus, 23 kendaraan Alaihi Salam dan Korea Selatan masuk ke JSA tanpa peringatan dan menurunkan tim 16 orang, yg lalu memotong pohon tersebut menggunakan gergaji. Tim ini dikawal sang dua peleton keamanan berisi 30 orang masing-masing, yg membawa pistol & pegangan kapak. 64 orang menurut Pasukan Khusus Korea Selatan yg membawa senapan M16, ranjau darat dan pelontar granat M79 pula mengamankan penebangan pohon. AS menyiagakan 20 helikopter, 7 helikopter serang AH-1 Cobra, pengebom strategis B-52 Stratofortress yg dikawal pesawat tempur F-4 Phantom II berdasarkan Guam, Phantom II lainnya dari Jepang dan Filipina, serta kapal induk USS Midway. F-5 Tiger & F-86 Sabre Korea Selatan juga dikerahkan, bersama dengan tank, artileri, dan misil anti-pesawat I-HAWK.
Korea Utara merespon dengan mengirim 150-200 orang yg bersiaga menggunakan senjata api, namun tidak mengganggu proses penebangan pohon selama 42 menit. Pasukan yg kali ini datang jua menghancurkan 2 pembatas jalan yg dipasang Korea Utara. Sisa pohon dengan tinggi 6 meter dibiarkan berdiri.
4. Pertempuran Yeonpyeong Jilid I ? 15 Juni 1999
Perbatasan maritim Korea Utara dan Korea Selatan ditetapkan oleh NLL (Northern Limit Line) yang disahkan UNC sejak gencatan senjata di tahun 1953. Korea Utara berusaha menggambar ulang perbatasan yang ada dengan menetapkan sendiri "Inter-Korean MDL”, dan kemudian mengklaim bahwa garis mereka “dilanggar” oleh kapal-kapal Korea Selatan. Kapal-kapal patroli dan nelayan Korea Utara mulai menyebrangi NLL dari tanggal 7 Juni dan Korea Selatan merespon dengan mengirim kapal-kapal cepat dan patroli mereka.
Konfrontasi fisik mulai terjadi lepas 9 Juni, setelah sebuah kapal patroli Korea Utara menabrak kapal cepat Korea Selatan. Karena Korea Utara terus melakukan pelanggaran atas NLL, Korea Selatan menerapkan tindakan yang lebih kasar, yaitu menggunakan menabrak eksklusif kapal-kapal Korea Utara. Puncak pertempuran ini terjadi dalam lepas 15, dimana kapal-kapal nelayan Korea Utara memulai menabraki kapal-kapal Korea Selatan, dan dibalas sebaliknya. Kapal PT-381 Korea Utara menembaki 2 kapal Korea Selatan dengan senapan mesin & kanon 25mm sehabis dipepet dua kapal menurut 2 arah. Kapal-kapal Korea Selatan membalas menggunakan tembakan senjata 20mm, 40mm dan 76mm.
Permasalahan terjadi selama 15 menit & berakhir dengan 1 korvet & 1 kapal patroli Korea Selatan yg mengalami kerusakan ringan, dan 9 orang luka-luka. Korea Utara kehilangan 1 kapal torpedo, 3 kapal patroli rusak berat, 2 kapal patroli rusak ringan, & 17-30 orang mangkat .
Pertempuran Yeonpyeong Jilid II terjadi pada lepas 29 Juni 2002. Dua kapal Korea Utara melintasi NLL & tidak mengindahkan peringatan untuk berputar kembali. Mereka menyerang kapal Korea Selatan menggunakan senjata 85mm sehabis melintasi NLL sejauh 4.8 km. Terjadi pertempuran sepuluh mnt antara kedua pihak ?Korea Selatan membalas RPG, senjata 35mm & 85mm Korea Utara menggunakan senjata 40 & 20mm.
Kapal-kapal Korea Utara mundur selesainya bencana donasi Korea Selatan tiba, yaitu 2 lagi kapal patroli dan dua korvet. Satu kapal Korea Selatan tenggelam saat sedang ditarik kembali, 6 orang mati ad interim 18 orang terluka. Kapal Korea Utara sanggup berlayar tertatih-tatih balik ke wilayahnya, dengan 13 orang mangkat dan 25 orang luka-luka.
Lima. Penenggelaman ROKS Cheonan - 26 Maret 2010
Sebuah kapal selam midget Korea Utara menyergap dan menenggelamkan sebuah korvet Pohang-class milik AL Korea Selatan, yaitu ROKS Cheonan. ROKS Cheonan ditenggelamkan di dekat Pulau Baengnyeong , pada saat AL AS dan Korea Selatan sedang menjalankan latihan anti-kapal selam bersama 121 km dari lokasi tersebut. Tiba-tiba saja terjadi sebuah ledakan di bagian buritan Cheonan, dan ia pun terbelah menjadi dua dalam 5 menit, serta tenggelam 3 menit kemudian. Dari 104 kru yang mengawaki kapal tersebut, 58 kru berhasil diselamatkan sedangkan 46 orang lainnya meninggal dunia.
Cheonan kemudian diangkat pulang untuk investigasi, dan mayat 40 berdasarkan 46 orang kru yg mangkat bisa diperoleh pulang. Para penyelidik menemukan bahwa torpedo nir meledak sempurna pada kapal, melainkan meledak di bawah kapal dan menyebabkan bubble jet yang tetapkan kapal tersebut menjadi 2. Jejak-jejak peledak RDX ditemukan di reruntukan Cheonan beserta sisa-residu torpedo CHT-02D protesis Korea Utara yang termasuk bagian propeller, propulsion & steering, juga dengan angka serinya. Torpedo tersebut sama persis dengan torpedo yang pernah di-salvage Korea Selatan beberapa tahun sebelumnya.
6. Pengeboman Yeonpyeong (jilid 2) - 23 November 2010
Korea Utara melakukan serangan artileri roket ke Pulau Yeonpyeong. Korea Selatan menjalankan latihan tembakan artileri rutin ke sebuah zona perairan 40 x 20 km sejajar dengan NLL di sisi barat daya Pulau Yeonpyeong. Peluru-peluru Korea Selatan ditembakkan ke arah selatan, menjauh dari Korea Utara. Empat setengah jam setelah latihan Korea Selatan dimulai, Korea Utara menembaki Pulau Yeonpyeong dengan artileri pesisir dan MRL (multiple rocket launcher) 122mm dari Kaemori dalam dua gelombang.
Korea Utara menembakkan total sebanyak 170 shell dan roket, dimana 80 butir berhasil mengenai Yeonpyeong. 20 menurut menurut 80 buah munisi tersebut gagal meledak (dud). Korea Selatan mempunyai 6 butir self-propelled gun K9 Thunder pada Yeonpyeong, namun hanya 3 yg bisa dipakai buat membalas menggunakan counterbattery fire. Artileri tersebut menembakkan 80 peluru yang awalnya menarget barak dan struktur komando di Mudo, tetapi lalu bergeser buat menyasar MRL 122mm yg tadi menyerang Yeonpyeong.
Warga sipil berlindung di bunker selama serangan terjadi. Seusainya insiden tadi, 1,500 berdasarkan 1,780 penduduk pada Yeonpyeong dievakuasi keluar pulau. Serangan tadi mengakibatkan hancurnya rumah dan toko-toko, matinya listrik di Yeonpyeong serta kebakaran luas. 4 orang Korea Selatan meninggal & 22 orang lain terluka, baik berdasarkan sipil juga militer. Korban berdasarkan Korea Utara diperkirakan setidaknya 5-10 orang, tetapi seseorang pembelot menurut Korea Utara menyampaikan bahwa militer Korea Selatan gagal menghancurkan MRL ?MRL Korea Utara lantaran respon yg terlalu pelan. Tidak terdapat respon militer tegas dan pribadi apapun yang diambil sang AS/Korea Selatan selain counterbattery fire yang lemah tadi.
Daftar tindakan-tindakan perang yang pernah dilakukan Korea Utara ini sebetulnya masih panjang. Selama Perang Dingin, nir ada pembalasan militer tegas yg diambil atas tindakan ini lantaran kekhawatiran bahwa Perang Korea kedua yg pecah akan menjadi pertarungan antara great power yg lebih luas. Tetapi setelah sesudah Perang Dingin, terdapat ketakutan pada bentuk lain -bahwa Korea Utara akan merespon serangan sekecil apapun dengan serangan besar -besaran terhadap Seoul, maupun perang habis-habisan (all-out).