Stamford Raffles. Seorang pegawai berdasarkan East India Company yang diperintahkan buat berkuasa atas wilayah jajahan Belanda yang telah direbut Inggris dalam September 1811. Orang poly mengingat jasa-jasanya pada biologi & budaya, namun sedikit catatan sejarah tentang apa yang sebenarnya ia lakukan pada Indonesia selama lebih kurang 5 tahun.
Akan namun, Raffles bukanlah seorang "pahlawan" yang serta merta melakukan hal-hal baik bagi Indonesia. Ia menyerang Kraton Jogjakarta, merebut Palembang, merebut Pulau Bangka & mengakibatkan kekacauan menggunakan sistem sewa tanah miliknya. Akan namun, pada post ini saya akan membahas secara khusus tentang serangan Inggris dalam Kraton Yogyakarta.
> Latar Belakang
Beberapa bulan setelah direbutnya jajahan Belanda dan, secara nir eksklusif, Perancis oleh Inggris, administrasi Inggris menemukan korespondensi antara Susuhunan Surakarta dan Sultan Yogyakarta. Sang Susuhunan mencoba buat menghipnotis Sultan supaya memberontak melawan Inggris.
Anehnya, Raffles menetapkan buat menyerang Yogyakarta, bukan Surakarta, padahal jelas bahwa oleh Susuhunan yg memulai korespondensi ini. Mungkin saja keputusan ini ditentukan sang wilayah & efek Yogyakarta yg lebih besar . Apapun itu, pada 17 Juni 1812, pasukan Inggris hingga pada benteng lama Belanda pada Yogayakarta.
Pasukan Inggris hanya berjumlah 1200 orang, adonan antara prajurit Inggris & sepoy India, sementara pasukan Kraton berjumlah 11 ribu orang. Akan namun, pasukan Kraton juga memiliki meriam & senapan, walaupun jumlah meriam milik Kraton lebih sedikit dan tak sebagus milik Inggris.
Dengan sampainya seribu 2 ratus pasukan Inggris di bawah komando Rollo Gillespie, pertempuran antara dua kerajaan yang terpisah beberapa ribu kilometer jauhnya akan dimulai.
> Pertempuran
Pada 17 Juni, pasukan Inggris hingga dan membombardir Kraton menurut benteng Belanda itu. Pasukan Kraton jua balas menembak memakai meriam-meriam miliknya. Selama 3 hari, tembak-menembak antara pasukan-pasukan ini terjadi.
Pada hari yang keempat, dalam 20 Juni, pasukan Inggris berhenti menembak & menyerang secara datang-tiba, menggunakan Gillespie sebagai pemimpin serangan dan Raffles yang menjaga benteng Belanda.
Sebelum serangan Inggris hingga pada dinding-dinding Kraton, keadaan di pada Kraton telah rancu. Walau Belanda telah berurusan dengan orang Jawa selama lebih berdasarkan berpuluh-puluh tahun, pertarungan selalu berakhir dengan perjanjian & pakta, bukan dengan peperangan.
Serangan tadi terbukti digdaya. Walau dalam awalnya pasukan Kraton dapat menunda agresi Inggris, saat redcoat Inggris & sepoy India memasuki dinding Kraton, perlawanan menurut pasukan Kraton pun hilang dan kekacauan merebak.
Sang pangeran, anak dari sang Sultan, ditemukan meringkuk di pintu gerbang Taman Sari yg digembok. Beberapa pasukan Kraton bertahan dalam masjid Kraton & seseorang prajurit Kraton berhasil melukai Gillespie sendiri, walau setelah itu si prajurit tersebut tertembak dikepalanya, atau dari Gillespie, "kepalanya meletus".
Pertahanan di masjid tersebut dibungkam dengan beberapa tembakan meriam dan pasukan Inggris memasuki Kraton Dalam dan menagkap sang Sultan, menggiringnya melalui Alun-Alun, membawanya ke benteng Belanda dan memasukkannya ke sebuah ruangan pada belakang benteng.
> Dampak-dampak
Terhitung 23 pasukan Inggris dan India mangkat dan 76 lainnya terluka, ad interim beribu-ribu orang Jawa meninggal. Tentu saja, setelah kemenangan tadi, penjarahan massal dimulai, oleh prajurit Inggris dan India.
Setidaknya 20 ribu pound berbentuk emas, perhiasan dan barang berharga lainnya dijarah, atau sekitar satu juta dollar dalam mata uang kini . Untungnya, emas dan perhiasan Kraton selamat & dikembalikan pada oleh pangeran dan hampir tak terdapat pelecehan seksual* yg terjadi, walau cukup banyak manuskrip & catatan berharga dalam Kraton diambil Raffles dan dibawa ke Inggris.
Sang pangeran dimahkotai sebagai Sultan Hamengkubuwono III pada benteng Belanda, bukan di Kraton, dan sebuah perjanjian ditulis tentang pengakuan Yogyakrta atas "supremasi Pemerintah Inggris atas Pulau Jawadanquot;.
Sultan yg lama , Hamengkubuwono II**, diasingkan ke Penang, dan keliru satu dari saudaranya yg bernama Notokusumo berpihak dalam Inggris, sebagai akibatnya ia diberikan kekuasaan atas tiga ribu tempat tinggal tangga, bagaikan sebuah kerajaan pada kerajaan, dan diberikan nama "Pakualamdanquot;. Raffles pun balik ke pesisir utara Jawa pada 23 Juni.
Menurut Raffles, ?The blow which has been struck at Djocjo Carta has afforded so decisive a proof to the Native Inhabitants of Java of the strength and determination of the British Government, that they now for the first time know their relative situation and importance. The European power is now for the first time paramount in Java.?
Jika aku simpulkan, Raffles sekitar menulis, "Pukulan yang diberikan pada 'Djocjo Carta' menjadi bukti dalam orang asli Jawa atas kekuatan Pemerintah Inggris. Kekuatan Eropa di Jawa sebagai tidak tertandingi."
Diponegoro, anak berdasarkan Sultan Hamengkubuwono III, akan memberontak pada tahun 1820an, melawan Belanda. Pada ketika agresi pada tahun 1812 ini, dia berusia 26 tahun. Sudah niscaya serangan Inggris ini berdampak pada persepsi Diponegoro tentang orang Eropa.
> Sumber OA Historypedia Line