Ia penyair, seorang penulis, pula politikus. Sajak-sajaknya bernapaskan islami dan berjiwa Ketuhanan. Lahir dalam Selasa, 28 Februari 1911 pada Kampung Pekubuan Kota Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara, Tengku Amir Hamzah adalah keturunan bangsawan lokal. Masa pendidikannya ia habiskan di sekolah barat, berdasarkan Hollandsche Inlandsche School (HIS), MULO, Algemene Middelbare School (AMS) hingga Rech Hoge School. Cukup lama dia merantau ke Batavia, Jawa Tengah, & balik lagi ke Batavia. Amir Hamzah gemar membaca dan memeriksa bukubuku sejarah dan kesusasteraan Melayu Lama karenanya karyanya dipengaruhi sang hikayat, syair-syair, kebudayaan & kesusasteraan Melayu.
Selain menekuni dunia sastra, Amir Hamzah juga aktif pada pergerakan kebangsaan. Dia pernah menjadi Ketua Indonesia Muda cabang Solo dalam 1930, jua kerap bergaul dengan kaum konvoi, dan mengajar pada sebuah Perguruan Nasional. Amir seringkali mengkritik kebijakan-kebijakan Pemerintah Hindia Belanda, sehingga dalam tahun 1937 ia diutus pergi sang Sultan Langkat. Supaya Amir Hanzah melunak, beliau dikawinkan menggunakan putri sulung Sultan Langkat, sekaligus dinobatkan menjadi pangeran bergelar Tengku Pangeran Indra Pura.
Paska kemerdekaan, Gubernur Sumatra Mr. Teuku Mohammad Hasan menetapkan Amir Hamzah sebagai Wakil Pemerintah Republik Indonesia buat wilayah Langkat. Ia pun mendukung sepenuhnya Pemerintahan RI daerah Langkat. Tetapi ketika terjadi revolusi sosial pada Maret 1946, Amir Hamzah ditangkap sang golongan komunis, & dibuang ke Kebun lada, lalu dipindahkan ke Kuala Begumit. Ia mati pada lepas 20 Maret 1946.
Sebagai seorang penyair karya Amir Hamzah mampu mengkategorikan seseorang maestro. Bahkan HB Yasin pun memberikan gelar ?Raja Penyair? Kepadanya. Karya-karyanya pernah dikumpulkan dan diterbitkan menjadi kitab , yang paling terkenal yakni Nyanyi Sunyi & Buah Rindu. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/ tahun 1975, lepas 3 November 1975.
Sumber: Ensiklopedi Sejarah Nasional