Harian Sejarah -Selama Perang Dunia II, sekitar 350.000 wanita Amerika bertugas di Angkatan Bersenjata AS. Mereka ditempatkan di dalam dan luar negeri, termasuk mereka yang bergabung ke dalam Angkatan Udara AS, sebagai pilot. Sementara itu, ketika banyak dari laki-laki Amerika bergabung untuk mengikuti perang, mereka meninggalkan industri yang terbengkalai.
Selama Amerika Serikat terjun ke pada Perang Dunia II, antara tahun 1940 sampai 1945 banyak berdasarkan perempuan yang lalu bekerja menjadi buruh pabrik menggantikan peran pria.
Presentasi pekerja perempuan AS semakin tinggi dari 27% menjadi hampir 37% dan pada tahun 1945 diperkirakan hampir satu berdasarkan empat perempuan AS yg sudah menikah bekerja pada luar tempat tinggal menggantikan posisi laki-laki .
Foto: Pinterest |
Wanita Amerika menjadi operator mesin bubut saat mengerjakan mesin pesawat transportasi pada Pabrik Konsolidasi Pesawat di Fort Worth, Texas tahun 1942.
Perempuan Amerika pada Angkatan Bersenjata
Selain bekerja sebagai buruh pabrik dan pekerjaan tempat tinggal lainnya, lebih kurang 350.000 perempuan bergabung ke dalam Angkatan Bersenjata AS yang ditugaskan di pada & luar negeri. Masuknya wanita ke dalam Angkatan Bersenjata AS pada latar belakangi friksi Ibu Negara, Elanor Roosevelt yg terkesan dengan perempuan Inggris dalam angkatan perangnya. Jenderal George Marshall mendukung gagasan bergabungnya wanita pada angkatan bersenjata.
Pada bulan Mei 1942, Kongres Amerika menyetujui dan meresmikan pembentukan Auxiliary Army Corps (Kesatuan Tentara Bantuan) yang kemudian ditingkatkan menjadiWomen’s Army Corps (Kesatuan Tentara Wanita) yang memiliki status miiliter penuh, anggotanya dikenal sebagai "Wacs."
Banyak berdasarkan wanita Amerika bekerja pada lebih berdasarkan 200 pekerjaan non-gerilyawan pada Amerika Serikat & di setiap medan pertempuran. Hingga tahun 1945, terdapat lebih dari 100.000 Wacs & 6000 petugas perempuan .
Di Angkatan bahari, banyak dari wanita Alaihi Salam bergabung sebagai "Relawan Darurat" yang berstatus seperti pasukan cadangan angkatan bahari, lainnya menjadi penjaga pantai dan bergabung ke pada Kesatuan Marinir Amerika Alaihi Salam, meskipun pada jumlah yang kecil.
Salah satu peran yang kurang dikenal dimainkan perempuan dalam upaya peperangan adalah bergabung menjadi Women’s Airforce Service Pilots (WASP) atau pilot angkatan udara. Namun mereka yang bergabung biasanya sudah memiliki lisensi sebagai pilot sebelum mereka menjadi pilot pesawat terbang militer AS.
Pilot Militer Wanita AS selesai melakukan pendaratan di Lockbourne AFB, Ohio, tahun 1944. Foto: U.S. Air Force Photo |
Lebih berdasarkan 60 juta mil jarak yang terakumulasikan oleh pilot-pilot wanita ini, selain itu mereka berpartisipasi dalam bisnis pembebasan pilot laki-laki Alaihi Salam yang bertugas dalam Perang Dunia II.
Lebih menurut 1000 orang bertugas, & 38 antara lain kehilangan nyawa selama bertugas pada Perang Dunia II. Wanita-wanita ini dipercaya menjadi pegawai negeri sipil & tanpa status militer yg resmi. Setelah mereka dibubarkan, nir terdapat penghormatan secara militer dan dalam tahun 1977 WASP baru mendapatkan status menjadi militer resmi.
Pada lepas 10 Maret 2010, dalam sebuah upacara di Capitol, WASP menerima Mendali Emas Kongres Alaihi Salam yg merupakan penghargaan sipil tertinggi. Lebih menurut 200 mantan pilot hadir dalam program tadi, poly diantara mereka mengenakan seragam semasa bertugas dalam era Perang Dunia II.
?Rosie Riveter?
Sementara kaum perempuan bekerja di aneka macam posisi yg sebelumnya tidak dilakukan atau tertutup oleh mereka, industri penerbangan AS melihat peningkatan terbesar dalam pekerja wanita.
Lebih menurut 310.000 perempuan bekerja di industri pesawat terbang AS dalam tahun 1943. Sekitar 65% energi kerja industri dilakukan oleh energi kerja perempuan .
Peningkatan tenaga kerja perempuan di Alaihi Salam selama Perang Dunia II tidak begitu saja terjadi. Pemerintah Alaihi Salam membangun sebuah propaganda yg bertujuan menarik simpati & merekrut para perempuan buat sebagai sukarelawan Amerika pada perang dengan menggantikan kiprah pria menopang industri.
Tokoh Fiktif "Rosie the Riveter". Foto: History.com |
Wanita tersebut terkadang mengambil pekerjaan baru secara sepenuhnya menggantikan para buruh laki-laki yang berada dalam militer. Rosie the Riveter digunakan sebagai lambang feminisme dan kekuatan ekonomi wanita.
Salah satu poster yang mengajak wanita berpartisipasi dalam Perang Dunia II. Foto: Pinterest |
0 comments:
Post a Comment