Cari cara mengatasi bibir kering?
Home » » Cari cara mengatasi bibir kering? Pakai pelembab bibir dari bahan alami ini, yuk
pengalaman Memutihkan Ketiak Dengan jeruk nipis
Tips 3 Menit Putihkan Ketiak dan Selangkangan
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Friday, April 2, 2021
Indonesia Menggugat, Pidato Pembelaan Bung Karno 1930
Harian Sejarah -Ketika pecahnya emberontakan PKI pada tahun 1926, banyak para simpatisan dan elite politiknya melarikan diri ke luar negeri, serta sebagian diantaranya harus mendekam di Digul. Suasana sosial dan politik masih memanas di Hindia Belanda, meskipun PKI sudah habis, namun muncul gerakan anti kolonial baru yang dimotori oleh PNI. Gerakan tersebut dinilai memiliki tujuan yang sama seperti PKI, hanya saja pergerakan Perserikatan Nasional Indonesia atau PNI lebih terstruktur dan sistematis.
Tujuan tersebut sebenarnya dapat dikatakan sedikit berbeda, PKI menginginkan merebut kekuasaan sama seperti PNI, hanya saja tujuan PNI dinilai lebih Independen, yaitu "Indonesia Merdeka". berbeda dengan PKI yang ingin mendirikan negara Komunis yang sudah diperintahkan oleh Forum Komunis Internasional "Cominform."
Pada tahun 1928 PNI gencar melakukan propaganda nasionalisme mereka, mereka menyebut bahwa tahun tersebut sebagai tahun propaganda. Propaganda dilakukan secara sistematis dan mengerahkan pelbagai golongan yang tergabung dalam simpatisan PNI, dari golongan intelektual muda sampai rakyat kecil menyuarakan propaganda demi propaganda. Soekarno muncul sebagai penguasa podium dengan pidato-pidatonya yang membakar nasionalisme rakyat. PNI kemudian mendirikan sekolah-sekolah partikelir untuk kaderisasi pemuda-pemuda untuk pergerakan nasional dan merangkul masa tentunya.
Pada tahun 1929 PNI tumbuh sebagai organisasi politik menggunakan masa yg poly dan terorganisasi hingga golongan masyarakat terbawah. PNI mulai melakukan konvoi masa secara radikal, lantaran itu juga Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kemudian mulai melakukan tindakan antisipasi dengan membubarkan setiap rapat & rendezvous yg diadakan sang PNI & simpatisannya, kalaupun diadakan wajib menerima pengawasan menurut pasukan bersenjata.
Pemerintah kolonial semakin khawatir dengan kondisi politik yang dibuat oleh pergerakan PNI. Diplomasi yang dilakukan PNI berhasil merangkul kekuatan-kekuatan politik nasional untuk menggalang persatuan, dari yang radikal hingga yang moderat, dari yang non kooperatif hingga yang kooperatif. PNI pun kemudian bersama organisasi-organisasi pergerakan politik lain seperti Partai Sosialis Indonesia, Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Paguyuban Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Pemuda Kaum Betawi, dan Kelompok Studi Indonesia, mendirikan Pemufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang didirikan dalam sebuah rapat di Bandung pada tanggal 17-18 Desember 1927.
Pembentukan PPPKI sangat menciptakan Belanda risi. Maka dari itu, buat menghentikan gerakan PNI, Belanda menangkap para pemimpin PNI. Soekarno, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata yang tergabung dalam Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) dituduh hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda kemudian berhasil ditangkap dan dibawa ke penjara Bantjeuj pada Bandung, Jawa Barat.
Penjara Soekarno di Bantjeuj di Bandung, Jawa Barat (Foto: Kompas) |
Sel itu tidak punya jendela dan jeruji. Tidak ada celah bagi cahaya luar untuk masuk. Lantainya semen dingin. Tempat tidurnya hanya papan kayu jati ukuran 45 cm. Sel itu gelap dan lembab. “Tempat itu gelap, lembab dan melemaskan,” kata Sukarno dalam biografinya, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Pengadilan terus berjalan, namun ada yang menarik ketika Soekarno membacakan pledoinya (pidato pembelaan) pada 1 Desember 1930. Soekarno yang dinilai akan lemah dan terlecehkan dipengadilan, menjadikan pengadilan sebagai panggung politiknya. Ia membacakan pledoi yang berjudul "Indonesia Menggugat" di depan pengadilan kolonial (landraad) di Bandung, pada tahun 1930, Isinya cukup menusuk para penjajah yang mendengarnya.
Indonesia Menggugat!
Indonesia Menggugat
Pergerakan tentu lahir Toh?Diberi hak-hak atau nir diberi hak-hak; diberi pegangan atau nir diberi pegangan; diberi penguat atau tidak diberi penguat,- tiap-tiap makhluk, tiap-tiap umat, tiap-tiap bangsa nir boleh tidak, pasti akhirnya berbangkit, pasti akhirnya bangun, pasti akhirnya menggerakan tenaganya, kalua beliau telah terlau sekali merasakan celakanya diri teraniaya oleh suatu daya angkara murka ! Jangan lagi insan, jangan lagi bangsa, walau cacing pun tentu begerak berkeluget-keluget bila merasakan sakit! Seluruh riwayat dunia adalah riwayat golongan-golongan manusia atau bangsabangsa yg berkecimpung menghindarkan diri dari sesuatu keadaan yg celaka; semua riwayat dunia, berdasarkan perkataan Herbert Spencer, merupakan riwayat ?Reactief verzet van verdrukte elementen?! Kita ingat konvoi Yesus Kristus & agama Kristen yang menghindarkan warga -warga Yahudi daan masyarakat-warga Lautan Tengah menurut bawah kaki burung garuda Roma; kita jangan lupa usaha rakyat Belanda yang menghindarkan diri dari bawah tindasan Sapnyol; kita ingat konvoi-konvoi demokrasi kewargaan (burgerlijke democratie) yang menghindarkan masyarakat-masyarakat Eropa dalam akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 menurut tindasan autokrasi & absolutisme, kita menjadi saksi atas hebatnya pergerakan-konvoi sosialisme yg mau menggugurkan tahta kapitalisme; kita mengetahui pergerakan Mesir pada bawah pimpinan Arabia & Zaglul Pasha bersama konvoi masyarakat India pada bawah pimpinan Tilak atau Gandhi melawan ketamakan asing; kita mengetahui perjuangan masyarakat tiongkok menjatuhkan absolutisme Mancu dan melawan imperialisme Barat; kita telah bertahun-tahun melihat seluruh global Asia bergelora menjadi lautan mendidih menentang imperialisme asing, ? Tidaklah ini memang telah terbawa oelh hakekat keadaan, tidaklah ini memang sudah terbawa oleh nafsu mempertahankan dan melindungi diri atau nafsu zelfbehoud yang terdapat pada tiap-tiap sesuatu yang bernyawa, tidaklah ini memang telah ?Reactief verzet van verdrukte elemeten? Itu? Rakyat Indonesia pun kini semenjak 1908 sudah berbangkit; nafsu menyelamatkan diri sekarang semenjak 1908 telah menitis pula kepadanya!
Imperialisme modern yg mengaut-ngaut pada Indonesia itu, imperialisme-terbaru yang menyebarkan kesengsaraan di mana-mana itu, ? Imperialisme-terbaru itu sudah menyinggung dan membangkitkan musuh-musuhnya sendiri. Raksasa Indonesia yang tadinya pingsan seolah-olah tidak bernyawa, super besar Indonesia itu kini telah berdiri tegak dan telah memasang energi! Saban kali dia menerima hantaman, saban kali ia rebah, tetapi saban kali jua dia tegak pulang! Sebagai mempunyai kekuatan misteri, sebagai mempunyai kekuatan penghidup, sebagai mempunyai aji-pancasona dan aji candrabirawa, ia nir bisa dibunuh & malah makin usang makin tak terbilang pengikutnya! Amoi, ? Pada manakah kekuatan duniawi yang mampu, memadamkan semangat suatu bangsa, dimanakah kekuatan duniawi yang sanggup menunda bangkitnya suatu masyarakat yang mencari hidup, dimanakah kekuatan duniawi yg bisa membendung banjir yg digerakkan sang energi-energi pergaulan hayati sendiri! Di manakah kebenaran jeritan anggota-anggota dan sahabat-sahabat imperialisme yang berkata ini merupakan bikinan beberapa kaum ?Penghasut?, yakni kaum ?Opruiers?, kaum ?Raddraaiers?, kaum ophitsers? Dan lain sebagainya & yang sang karenanya sama menduga bahwa pergerakan itu mampu dibunuh jika ?Penghasutnya? Semua dimasukkan bui, dibuang atau digantung? Puluhan, ratusan, ya, ribuan ?Penghasutnya? ?Opruiers? Dan ?Ophitsers? Sudah dibui atau dibuang, ? Namun adakah konvoi itu berhenti, adakah konvoi itu mundur, tidaklah konvoi yang umurnya baru ? 20 tahun itu malahan semakin sebagai besar & semakin menjadi umum?
?Man t?Tet den Geist nicht?, begitulah Freiligrath menyairkan, ? ?Orang tak bisa membunuh semangat?! Di pada tahun 1900, yakni sebelum di sini ada ?Ophitsers?, sebelum pada sini ada ?Raddraaiers?, Ir. Van Kol sudang mendengungkan peringatannya di dalam Tweede Kamer demikian : ?Teruslah?.. Hingga sekali waktu tiba akhirnya; sekali waktu, siapa memahami entah kapan, niscaya meledak kekuatan misteri? Dan sesungguhnya, ?Kekuatan misteri? Itu sudah meledak! Seluruh dunia kini melihat bangkit dan bergeraknya kekuatan misteri itu! Seluruh dunia yang tidak sengaja menbuta-tuli, mengertilah, bahwa kekuatan misteri itu buka bikinan insan, namun bikinan pergaulan hidup yg mau mengobati diri sendiri. Seluruh global yg ikhlas hati mengertilah, bahwa pergerakan ini ialah antithese imperialisme yang terbikin oleh imperialisme sendiri. Bukan bikinan ?Penghasut?, bukan bikinan ?Opruiers?, bukan bikinan ?Raddaaiers?, bukan bikinan ?Ophitsers?- pergerakan ini adalah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan rakyat!
Ir. Albarda pada pada Tweede Kamer memperingatkan : ?Diantara mereka, yang berkewajiban atau merasa harus membicarakan peristiwa-peristiwa zaman di muka generik, terdapat yg senang mendeskripsikan konvoi Bumiputera dan perkembangannya sebagai output fikiran-fikiran revolusioner Barat dan yang mengira bahwa konvoi itu mampu ditindas dengan jalan menghadapinya menggunakan kebijaksanaan pemerintah yg keras menggunakan mengerahkan polisi & justisi melawan propaganda-propagandanya. Pemandangan dan strategi yg demikian itu sangat dangkal & menandakan bahwa mereka nir punya pengertian sejarah & tidak punya pengertian politik?..Pergerakan yg demikian itu terlahir dari keadaan-keadaan warga & dari perubahan-perubahan yg dialaminya. Pergerakan demikian itu juga akan lahir dan pula akan tumbuh, meskipun tidak pernah seorang Eropa yang revolusioner menjejakkan kakinya di Hindia. Pergerakan demikian itu, tumbuh terus, meskipun seluruh pemimpin dan propagandanya dibasmi. Seperti pula pada abad ke-16 konvoi kerkhevorming tidak berhenti dengan memburu-buru kaum bi?Dah, misalnya pula pada abad ke-19 demokrasi-sosial nir sanggup dihancurkan oleh politik penindasan menggunakan kekerasan sang Bismarck, begitu jua dalam abad ke-20 konvoi Bumiputera nir mampu didorong ke belakang, bahkan tidak sanggup diberhentikan sang kebijaksanaan pemerintah yang reaksioner. Pergerakan itu tumbuh terus dan tidak usah diragu-ragukan, bahwa dia akan mencapai cita-citanya, yakni memerdekakan penduduk Hindia berdasarkan penjajah asing!???
Tuan-tuan Hakim barangkali mengungkapkan, ?O, itu pemandangan kaum sosialis!? Apabila demikian, marilah kita dengarkan Dr. Kraemer, seseorang yang bukan sosialis, menulis dalam Koloniale Studien? ?Di sinilah pula letaknya liputan, mengapa orang galat sangka sama sekali, apabila orang menyangka, bahwa apa yang dianggap kebangunan global Timur itu, atau di pada lingkungan kita sendiri: pergerakan Bumiputera itu, hanya menjadi soal suatu lapisan intelektual yang tipis dan jumlahnya sangat kecil. Mau nir mau ?Warga murba yg membisu itu? Jua ikut mendidih pada kancah pergolakan itu?, & Prof. Snouck Hurgronje, yg jua bukan kaum dogma, yg toh juga bukan kaum pembuta tuli mengikuti sesuatu kepercayaan , tempo hari mengungkapkan : ?Sumbernya? ?.. Dulu & kini , bukan pemupukan beberapa ribu kaum intelektual, yang terlampau poly mendapat pendidikan Barat & tidak sanggup ditampung oleh rakyat Bumiputera, tapi rasa perlawanan pada mana-mana terhadap penjajah sang orang-orang berdasarkan bangsa lain, rasa perlawanan yg kadang-kadang tampak keluar dan kadang-kadang tinggal terbenam???? Bahwasanya, surya bukan terbit lantaran ayam jantan berkokok, ayam jantan berkokok lantaran surya terbit!
Dan dengan sedikit perubahan, maka kami di sini, bagi kaum-kaum yang masih saja menerka bahwa konvoi itu bikinan ?Penghasut?, mengobarkan lagi api pidato Jean Jaures, kampiun buruh Prancis yang termashus itu, di pada dewan rakyat Prancis terhadap wakil-wakil kaum kapital : ?Ah, Tuan-tuan, alangkah anehnya Tuan-tuan hingga tersilaukan mata, dan menyampaikan bahwa evolusi universal ini terjadi lantaran perbuatan beberapa orang saja! Tidaklah terkena hati Tuan-tuan oleh luasnya pergerakan kebangsaan sebagai akibatnya terdapat di seluruh muka bumi? Di mana-mana, di seluruh negeri yang tidak merdeka, dia mucul pada waktu yg sama, sejak sepuluh tahun lalu ini, nir mungkin lagi mendeskripsikan sejarah Mesir, India, Tiongkok, Filipina dan Indonesia menggunakan tidak pula menceritakan riwayat konvoi nasional.
Dan di hadapan pergerakan generik yg menghela masyarakat-warga Asia ini, masyarakat-rakyat yg sangat tidak sinkron satu sama lain, dalam iklim mana pun mereka itu hayati, termasuk bangsa apa pun mereka itu, ? Pada hadapan konvoi yang demikian itulah Tuan-tuan bicara tentang beberapa orang penghasut yang bertindak sendiri-sendiri. Tapi dengan menuduh seperti itu Tuan-tuan terlalu memberi penghormatan pada orang-orang yang Tuan tuduh, Tuan-tuan menganggap terlalu berkuasa orang-orang yg Tuan-tuan sebut penghasut itu. Bukanlah pekerjaan mereka sendiri meletuskan konvoi yg demikian hebatnya; tarikan nafas lemah berdasarkan beberapa verbal manusia nir cukup buat meletuskan tofan bangsa-bangsa Asia ini! Tidak, Tuan-tuan, yg sebenarnya artinya: pergerakan ini muncul dari sentra kejadian-peristiwa sendiri; beliau muncul berdasarkan penderitaan-penderitaan yg tidak terhitung banyaknya & sampai sekarang nir menghubungkan diri satu sama lain, tapi mendapatkan kata semboyannya dalam slogan menyerukan merdeka. Yang sebenarnya ialah, bahwa pula pada Indonesia konvoi nasional itu terlahir menurut imperialisme yg pada dewa-dewakan oleh Tuan & tidak kurang-kurangnya dari system drainage ekonomi yg semenanjak berabad-abad bekerja pada negeri itu??Imperialisme itulah penghasut yang besar , imperialisme itulah penjahat akbar yang menyuruh berontak : karenanya bawaalah imperialisme itu ke depan polisi dan hakimi!? Benar sekali! ?Bawalah imperialisme itu ke depan polisi & hakimi!"
Toh?? Bukan imperialisme, bukan anggota-anggota imperialisme, bukan sahabat-sahabat imperialisme, bukan Treub, bukan Trip, bukan Colijn, bukan Bruineman, bukan Fruin, bukan Ali Musa, bukan Wormser, yg sekarang berada pada muka mahkamah Tuan-tuan Hakim, ? Tetapi kami: Gatot Mangkoepradja Maskoen, Soepriadinata, Sukarno! Apa boleh untuk, biarlah nasib pemimpin begitu! Kami tidak merasa keliru. Kami merasa higienis, kami tidak merasa melanggar hal-hal yg dituduhkan, menjadi nanti akan lebih jelas kami terangkan. Kami oleh karena itu, memang mengharap-harap & menunggu-nunggu Tuan-tuan punya putusan bebas, mengharap-harap moga-moga Tuantuan merogoh keputusan vrijspraak adanya!
Tetapi, Tuan-tuan Hakim, marilah kami melanjutkan punya pidato pembelaan. ?Ratu Adil?, Heru Cakra?, & lain sebagainya Pergerakan masyarakat Indonesia bukanlah bikinan kaum ?Penghasut?. Juga sebelum ada ?Penghasut itu, juga sonder ada ?Penghasut? Itu, udara Indonesia sudah penuh menggunakan hawa kesedihan mencicipi kesengsaraan dan sang karena itu, penuh jua dengan hawa hasrat menghidarkan diri dari kesengsaraan itu. Sejak berpuluh-puluh tahun udara Indonesia sudah penuh menggunakan hawa-hawa yang demikian itu. Sejak berpuluhpuluh tahun masyarakat Indonesia itu hatinya selalu mengeluh, hatinya selalu menangis menunggu-nunggu datangnya wahyu yg akan menyalakan api pengharapan didalamnya, menunggu-nunggu datangnya mantram yang sanggup menyanggupkan sesuap nasi dan sepotong ikan dan sepotong kain kepadanya.
Haraplah fikiran, Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya warga senantiasa percaya & menunggu-nunggu datangnya ?Ratu Adil?, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya hingga hari ini masih terus menyalakan harapan warga , ? Apakah sebabnya acapkali kita mendengar bahwa di desa ini atau pada desa itu sudah timbul seorang ?Imam Mahdi?, atau ?Heru Cakra?, atau turunan seseorang Wali-sanga. Tak lain tak bukan ialah oleh lantaran hati warga yang menangis itu, tak berhenti-hentinya, tak habi-habisnya menunggu-nunggu atau mengharap-harapkan tiba pertolongan, sebagaimana orang yg berada pada kegelapan tak berhenti-hentinya pula saban jam, saban. Menit, saban detik, menunggu-nunggu & mengharapharap : ?Kapan, kapankah mentari terbit?? O, siapa yg mengerti akan karena-karena yg lebih dalam ini, siapa yang mengerti akan diepere onderground berdasarkan agama warga ini
Sebagaimana yg diterangkan juga oleh Prof. Snouck Hurgronje pada dalam brosurnya ?Vergeten Jubiles? , tentu sedih & ikut menangislah hatinya, jika beliau saban kali mendengar suara rakyat meratap : ?Kapan, kapankah Ratu Adil tiba??- tentu sedih & menangislah hatinya juga dan nir tertawa, apabila dia saban kali melihat lekasnya dan setianya warga meyerahkan diri ke dalam tangan seseorang kiai atau dukun yg menyebutkan diri ?Heru Ckra? Atau ?Ratu Adil ?! ?Selama kaum intelek Bumiputera belum sanggup mengemukakan keberatn-keberatan bangsanya, maka? Perbuatan-perbuatan yg mendahsayatkan? Itu (yakni pemberontakan, Sk.) merupakan peledakan yang sewajarnya menurut kemarahan yg disimpan-simpan & perlawanan yg ditekan-tekan terhadap usaha yg ndeso untuk memerintah rakyat menggunakan nir memperhatikan menggunakan sunggu-sungguh impian-harapan & kepentingan-kepentinagan mereka dan membikinnya jadi panduan.
Sebagaimana kini golongan-golongan besar dari bangsa Bumiputera senantiasa bersedia buat dengan terus terang memihak kepada keliru seseorang intelektual bangsanya sendiri, yang dirasanya memperjuangkan kepentingannya, meskipun mereka itu ?Belum matang? Buat mengerti semua teori-teorinya, demikianlah mereka acapkali suka mengikuti pemimpin pemimpin yg menjanjikan kepada mereka kemerdekaan yang mampu diperoleh dengan jalan rahasia dan dengan cara-cara misteri, atau yang dengan cara sembunyi mengerahkan tentara buat perang sabil dengan kaum kafir, bilamana terdapat kesempatan baik. Bahwa percobaan-percobaan yg demikian itu sia-sia saja, lantaran indera-alat untuk membuka jalan sama sekali nir relatif, mereka nir mengerti, & demikianlah mereka menduga setiap orang yang menjanjikan kepada mereka Ratu Adil , atau Mahdi atau pemerintah yg adil, adalah Nabi. Syarat-kondisi hidup yg perlu, yg menurut perasaannya nir diberikan kepadanya oleh alam, sang jalannya keadaan yang biasa, atau sang penjajah asing, mereka coba mencapainya dengan jalan mistik yang luar biasa? Dengan kepercayaan akan menerima pertolongan Tuhan,? Begitulah kata Prof. Snouck Hurgronje.
Dan sebagaimana oleh kiai atau sang dukun itu bukan pembikin dari kepercayaan generik & harapan generik atas kedatangan Ratu Adil Atau Heru Cakra itu, sebagaimana mereka mendapat pengaruh itu merupakan, hanya sang karena rakyat generik hatinya memang menangis mendoa-doa & menunggu-nunggu datangnya Ratu Adil atau Heru Cakra itu, maka kami yg disebut ?Penghasut? Bukanlah jua pembikin konvoi rakyat sekarang ini dan bukanlah pula imbas kami itu terjadinya merupakan sang karena licinnya kami punya pengecap atau tajamnya kami punya pena. Pengerakan rakyat adalah bikinan kesengsaraan masyarakat, impak kami di atas masyarakat adalah jua bikinan kesengsaraa warga ! Kami hanyalah menerangkan jalan; kami hanyalah mencarikan bagian-bagian yang homogen dan datar buat genre-genre yang makin mmembanjiritu; ? Kami hanyalah membuktikan loka-tempat yg wajib dilewati sang banjir itu, supaya supaya itu mampu menggunakan sesempurna-sesempurnanya mencapai Luatan Keselamatan dan Lautan Kebesaran adanya?.
Sumber : Cuplikan dari Buku Indonesia Menggugat
Inti berdasarkan pidato itu adalah; " Pergerakan, pemberontakan, dan lain sebagai macamnya terlahir bukan karena hasutan kaum intelektual. Pergerakan lahir merupakan alamiah lantaran penderitaan masyarakat yang tak tertahankan."
Akhirnya Soekarno bersama tiga rekannya, yaitu Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata. dihukum penjara selama 4 tahun.
Thursday, April 1, 2021
Meski sedikit pahit, daun kelor bisa bantu melawan diabetes dan kolesterol loh
Apa itu herpes? Inilah gejala dan cara mengobatinya
http://kesehatan.kontan.co.id/news/apa-itu-herpes-inilah-gejala-dan-cara-mengobatinya