http://kesehatan.kontan.co.id/news/cara-diet-alami-bisa-pakai-5-cemilan-sehat-ini
Cari cara mengatasi bibir kering?
Home » » Cari cara mengatasi bibir kering? Pakai pelembab bibir dari bahan alami ini, yuk
pengalaman Memutihkan Ketiak Dengan jeruk nipis
Tips 3 Menit Putihkan Ketiak dan Selangkangan
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Sunday, January 10, 2021
Cara diet alami bisa pakai 5 cemilan sehat ini
Rekomendasi makanan rendah kalori untuk menurunkan berat badan
http://kesehatan.kontan.co.id/news/rekomendasi-makanan-rendah-kalori-untuk-menurunkan-berat-badan
Pakai bahan alami, ini 4 cara mengatasi gusi bengkak
http://kesehatan.kontan.co.id/news/pakai-bahan-alami-ini-4-cara-mengatasi-gusi-bengkak
Begini upaya sejumlah perusahaan terapkan protokol kesehatan di kantor
Perang Diponegoro 1825-1830, Sebuah Perang Jawa
Masyarakat mengalami suatu kemerosotan moral kebudayaan (kemunduran) terutama dikalangan bangsawan Istana. Bangsawan Istana yang condong merapat dan bersekutu menggunakan pemerintah kolonial menciptakan kekecewaan dikalangan masyarakat jawa. Hal ini warga nilai sebagai ketidakmampuan Istana pada melawan hegemoni Belanda yang menciptakan warga sebagai sengsara, sebagai akibatnya akhirnya menimbulkan merosotnya kepercayaan masyarakat pada Bangsawan yang berada di Istana Yogyakarta.
Lukisan Penangkapan Diponegoro 1825 karya Raden Salah yang sekarang ini sebagai koleksi Istana Negara RI |
Tetapi meskipun demikian nir seluruh kalangan bangsawan yg menyukai kedekatan Istana menggunakan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Mereka menilai bahwa kesultanan menglami kemuduran dengan bersekutu menggunakan Belanda. Merosotnya pemasukan kerajaan & kekuasaan daerah yg semakin sempit disertai sang pajak tinggi yg harus ditanggung kerjaan menimbulkan perselisihan antara pangeran-pangeran di Istana. Salah satu pihak yang tidak setuju menggunakan kedekatan kerajaan menggunakan Belanda adalah Pangeran Diponegoro.
Perang Diponegoro ini sebenarnya diawali sang sebab khusu yaitu saat Pemerintah Hindia Belanda memasang patok-patok jalan sebagai planning dari pembangunan jalan. Tetapi yg menjadi permasalahannya merupakan bahwa lintasan jalan yang direncanakan buat dibangun berada pada atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Kebijakan tadi mengakibatkan Diponegoro buat menyatakan perang terhadap pemerintah kolonial dan kerajaan Yogyakarta. Diponegoro lalu membentuk suatu pemerintahan sendiri di wilayah Selarong.
Diponegoro lalu mengangkat dua penasehat. Kyai Mojo kemudian diangkat sang Diponegoro menjadi pensehat Agama, Kyai Mojo merupakan ulama populer di Pulau Jawa, dampak bergabungnya Kyai Mojo. Banyak dukungan menurut kalangan petani buat bergabung ke dalam pihak Diponegoro.
Sentot Ali Baharsyah Prawiradirja lalu diangkat sebagai penasihat Militer. Sentot dengan kemampuannya mempunyai pasukan buat membantu peperangan. Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa pasukan Sentot Ali adalah tentara bayaran.
Strategi Perang
- Mengambil Goa Selarong sebagai markas dan melaksanakan perang gerilya
- Merekrut banyak tentara dari kalangan petani dan menyerukan perang Jihad Fisabilillah
- Melakukan pendekatan kepada masyarakat jawa bahwa Diponegoro merupakan Herucokro (Ratu Adil) yang akan memberikan kebebasan kepada masyarakat jawa.
Pada kurun waktu 1824-1827 perang melibatkan hampir semua kekuatan di Pulau Jawa, perang ini melibatkan pasukan Diponegoro melawan pasukan Belanda dan Kerajaan Yogyakarta, Pasukan Belanda terdiri dari sedikit orang Eropa dan banyak melibatkan orang Indonesia Timur (khususnya Maluku). Perang ini disebut juga sebagai Perang Jawa atau De Java Oorlog
Pasukan Diponegoro mengalami kemenangan dalam beberapa pertempuran melawan koalisi Belanda dan Kerajaan Yogyakarta. Hal ini karena besarnya dukungan masyarakat jawa terhadap Diponegoro. Masyarakat percaya bahwa memang Diponegoro merupakan Ratu Adil yang muncul ditengah kesengsaraan masyarakat dan berani melawan penjajah untuk menciptakan masa keemasan bagi masyarakat jawa. Hal ini dikarenakan meskipun akulturasi jawa dan Islam telah berlangsung, akan tetapi masyarakat masih menyisakan keyakinan terhadap ramalan Jayabaya.
Perpecahan terjadi dalam internal kubu Diponegoro. Sentot Ali nir sepakat dengan serangkaian perang gerilya dilakukan pasukan, selain itu Kyai Mojo mempermasalahkan mengenai pengangkatan Diponegoro menjadi Ratu Adil, Kyai Mojo nir senang dengan cara tersebut buat melakukan perekrutan tentara di Jawa Tengah. Di sisi lain terjadi pengkhianatan dari Sentot ali yang berpaling ke kubu Pemerintah Kolonial menggunakan tawaran uang & kemudian menarik pasukannya buat bersiap dikirim melakukan perlawanan pada Aceh.
Belanda lalu menarik pasukannya di Aceh yang telah digantikan posisinya sang pasukan Sentot buat membantu perlawanan pada perang Diponegoro. Serangan-serang Diponegoro bisa terpatahkan lantaran kekurangan pasukan dan sebab Belanda berhasil melakukan pengintaian pasukan setelah sebelumnya banyak membuatkan mata-mata.
Pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal De Kock melakukan strategi benteng stelses. Strategi benteng stelses dilakukan menggunakan cara membentuk poly benteng berukuran sedang mengelilingi daerah kekuasaan Diponegoro. Benteng-benteng yang poly tadi dipersenjatai lengkap menggunakan pada dalamnya terdapat beberapa pasukan dan logistik. Pembangunan benteng ini bertujuan menyempitkan ruang mobilitas pasukan gerilya Diponegoro.
Karena ruang geraknya yang sudah terhempit. Akhirnya Diponegoro mau untuk diajak berunding dan keluar dari tempat persembunyiannya. Alih-alih berunding, justru Belanda menangkap Pangeran Diponegoro. penangkapan Pangeran Diponegoro diprakarsai oleh Letnan Jenderal de Kock pada 28 Maret 1830.
Pangeran Diponegoro lalu diasingkan ke Makassar, Sulawesi, dimana beliau menjalani residu hidupnya disana hingga kematiannya pada tahun 1855