Banyak pahlawan nasional yang sudah diakui oleh negara kita karena jasa-jasanya dalam berjuang melawan penjajah dan meraih kemerdekaan atau berjuang demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Sebagai warga negara Indonesia, kita tidak boleh melupakan perjuangan mereka semua dalam menentang para penjajah.
Meski begitu, terkadang ada juga beberapa pejuang yang meskipun memiliki jasa begitu besar, namun ia malah terlupakan. Salah satunya adalah Tan Malaka yang sebenarnya memiliki jasa sangat besar dalam kemerdekaan negara Indonesia.
Karena bisa dikatakan bahwa beliaulah yang pertama kali berjuang menentang antikolonialisme di negeri ini. Bukunya yang berjudulNaar de Republiek Indonesia (1925) mencetuskan tentang konsep “Negara Indonesia” dan buku ini pulalah yang menginspirasi Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan bapak bangsa lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada kurun saat antara tahun 1957-1975 terjadi peperangan yang melibatkan seluruh elemen di Vietnam. Perang tadi dikenal dengan sebutan Perang Vietnam yg adalah bagian berdasarkan Perang Indocina Kedua. Pada Perang Indocina pertama, Vietnam terlibat peperangan dengan Perancis pada merebut kemerdekaan. Perang ini jua adalah bagian menurut Perang Dingin antara 2 kubu ideologi akbar, yakni Komunis & Liberal.
Suasana Konferensi Jenewa 1954. Foto: US Army Photograph
Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina (yang bantuan militer oleh Taiwan dan Spanyol) bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan Uni Soviet, Tiongkok, Korea Utara, Mongolia dan Kuba mendukung Vietnam Utara yang berideologi komunis.
Latar Belakang
Perang Vietnam dilatarbelakangi berdasarkan pembagian Vietnam menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan dari keputusan Perjanjian Jenewa mengakibatkan wilayah tadi sebagai ajang pertempuran hebat.
?Perjanjian ini mengakibatkan dipisahkan Vietnam menjadi dua zona, zona utara buat diatur sang Viet Minh, dan zona selatan buat diatur sang Negara Vietnam.?
Ho Chi Minh, tokoh Pergerakan Nasional Vietnam & tokoh yg berkeinginan agar Vietnam bersatu, nir mendapat hasil Perjanjian Jenewa. Pembentukan Vietnam Selatan dianggapnya menjadi penghalang tercapainya persatuan semua Vietnam. Untuk keperluan menghancurkan Vietnam Selatan, Ho Chi Minh mengirimkan pasukan Viet Minh menyusup ke selatan.
Usaha menghancurkan Vietnam Selatan mendapat donasi berdasarkan negara komunis, Uni Soviet & Cina. Blok Barat yg mengetahui tindakan ke 2 negara komunis terhadap Vietnam Utara & merasa mempunyai kepentingan di Vietnam Selatan juga berusaha mempertahankan daerah tersebut. Amerika Serikat memerintahkan pasukannya membantu Vietnam Selatan. Dengan demikian, Perang Vietnam adalah contoh konkret perebutan dampak dua negara adidaya.
Mulainya Pertempuran
Jalur yang ditempu pasukan Ho Chi Minh. Foto: RM Gillespie at en.wikipedia
Pasukan gerilya Vietnam Utara menyusup dan berhasil melakukan infiltarsi ke wilayah Vietnam Selatan. Pasuka tersebut membangun gerakan gerilya komunis di Vietnam bagian selatan yang dikenal menggunakan Vietkong dan melakukan propaganda terhadap warga Vietnam selatan atas ancaman Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Penyamaran pasukan Vietkong menjadi warga sipil membuktukan propaganda berhasil, banyak berdasarkan pasukan Vietkong dilindungi sang warga Vietnam Selatan. Hal ini menyebabkan pasukan Amerika Serikat yang bertugas di Vietnam Selatan sulit membedakan antara pasukan komunis menggunakan rakyat.
Pasukan Vietkong selain bergerilya pula membuat terowongan bawah tanah (jalur tikus) dalam mematahkan perlawanan Amerika Serikat. Ranjau dan jebakan dari bambu runcing pula digunakan untuk mengalahkan Amerika Serikat. Sebaliknya, pasukan Amerika Serikat menggunakan persenjataan terbaru membabi buta menyerang pertahanan Vietkong.
Pasukan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan berusaha menghancurkan jalur pasukan gerilya Ho Chi Minh dan kubu-kubu pertahanan komunis menggunakan melakukan pemboman disepanjang jalur gerilya. Jalur yang dilewati Ho Chi Minh adalah jalan-jalan yg dibuat di hutan-hutan sepanjang perbatasan Vietnam Selatan?Laos?Kampuchea yg dipakai pasukan Viet Minh menyusup ke Vietnam Selatan sebelumnya.
Salah satu pertempuran hebat antara pasukan Vietnam Utara dan pasukan Vietnam Selatan yang dibantu Amerika Serikat terjadi pada Tahun Baru Tet 1968 (The Tet Offensive). Penyerbuan pasukan komunis itu dapat dipatahkan, tetapi kedua belah pihak menderita kerugian dalam jumlah yang besar. Menyadari bahwa Perang Vietnam telah berlangsung lama dan memakan korban jiwa yang tidak sedikit, usaha mencapai perdamaian pun digelar pada sekitar tahun 1970.
Upaya Gencatan Senjata
Pasukan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam. Foto: nydailynews.com
Pemerintah Vietnam Utara, pemerintah Vietnam Selatan, dan pemerintah Amerika Serikat melakukan negosiasi pada Paris. Pada tahun 1972 pemerintah Amerika Serikat mengumumkan bahwa Indonesia, Kanada, Polandia, & Hongaria pada prinsipnya putusan bulat untuk menjadi pengawas gencatan senjata pada Vietnam.
Tetapi, kesepakatan itu sebagai berantakan lantaran Viet Minh dan Vietkong secara tiba-datang pada tanggal tiga April 1972 melakukan agresi besar -besaran dan hampir saja menguasai Saigon, Ibukota Vietnam Selatan. Atas tindakan tersebut, Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon bersikap tegas dan mengeluarkan perintah, diantaranya:
Meranjau semua lalu lintas laut yang menuju Vietnam Utara;
Menghancurkan semua jalur komunikasi dan transportasi Vietnam Utara.
F-105 Thunderchiefs menjatuhkan bom di Vietnam Utara. Foto: National Archives and Records Administration
Amerika Serikat lalu melakukan pembersian besar -besaran. Amerikas Serikat meminta semua divisi & kapal tempur pasukan asing buat keluar berdasarkan zona perang Vietnam Utara. Hal ini dilakukan sampai terjadinya itikad berdasarkan Vietnam Utara buat menyetujui gencatan senjata dan membebaskan tawanan perang Amerika Serikat.
Australia dan Filipina yg merupakan sekutu Amerika Serikat kentara mendukung planning tadi. Tetapi, Uni Soviet dan Cina yang adalah versus Amerika Serikat sangat menentangnya. Amerika Serikat membatalkan secara sepihak niat melakukan pemboman ke Vietnam Utara lantaran adanya kemajuan dalam negosiasi. Perundingan gencatan senjata yg seharusnya ditandatangani dalam tahun 1970, akhirnya baru ditandatangani dalam tahun 1973. Meskipun persetujuan tenang telah ditandatangani, dalam praktiknya masih sering terjadi pelanggaran.
Keadaan dalam negeri Vietnam Selatan sendiri sedang terjadi keretakan. Presiden Nguyen Van Thiew mengundurkan diri & menunjuk Wakil Presiden Tran Van Huong sebagai penggantinya. Ketika mengundurkan diri Presiden Nguyen Van Thiew mengecam Presiden Amerika Serikat, Nixon karena mendesaknya menandatangani Persetujuan Paris. Padahal itu ialah Vietnam Selatan menyerah pada Vietnam Utara. Selain itu, dia bersedia menandatangani persetujuan itu karena Amerika Serikat berjanji mengirim pesawat pembom B-52 bila terjadi pelanggaran oleh Vietnam Utara.
Namun, nyatanya Amerika Serikat mengingkari hal itu. Pelanggaran persetujuan hening makin seringkali terjadi. Komunis pun makin mendekati kemenangan. Pada lepas 18 April 1975 pasukan pelopor komunis dalam serangannya berhasil mendekati Saigon sampai jarak kurang 5 km. Pasukan komunis terus beranjak maju dan mendekati mak kota. Rakyat Vietnam Selatan panik & berebut buat mengungsi. Sehubungan dengan keadaan itu, semenjak tanggal 20 April 1975 Amerika Serikat mengirimkan lima butir kapal induk dari Armada VII buat mengangkut para pengungsi tersebut.
Pada lepas 30 April 1975, Presiden baru Vietnam Selatan, Duong Van Minh yg baru dilantik lepas 28 April 1975 menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Vietkong. Untuk merayakan kemenangan itu, Vietkong membarui nama Saigon, Ibukota negara Vietnam Selatan sebagai Ho Chi Minh.
Perang ini mengakibatkan pengusiran besar -besaran masyarakat Vietnam ke negara lain, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya, sebagai akibatnya pada negara-negara tersebut bisa ditemukan komunitas Vietnam yg relatif besar . Setelah berakhirnya perang ini, ke 2 Vietnam tadi pun bersatu pada tahun 1976 & Vietnam sebagai negara komunis.
Akhir Bagi Amerika Serikat
Demenstrasi di Amerika Serikat yang menentang keikutsertaan AS di Perang Vietnam. Foto: InterExchange
Presiden Amerika Serikat Nixon menarik pasukannya dan meninggalkan perang pada menghadapi tekanan masyarakat & Kongres Amerika Serikat yang menentang keikutsertaan Amerika Serikat terhadap Perang Vietnam yang dievaluasi nir menguntungkan & cenderung menggerus perekonomian Amerika Serikat.
Akibat Perang Vietnam, Amerika Serikat kehilangan efek terhadap Vietnam,dan merugi secara finansial. Hingga tahun 1975, Washington telah menghabiskan dana yang bila diukur menggunakan nilai waktu ini setara menggunakan 761 milyar US Dollar. Biaya tidak terduga yang muncul pada luar ongkos perang bahkan ditaksir mencapai 1,4 tilyun US Dollar.
Lebih menurut 1,3 juta orang tewas terbunuh selama perang Vietnam. Amerika sendiri kehilangan lebih kurang 56.000 serdadu, sementara 156.000 lainnya mengalami luka atau stigma seumur hayati. Namun jumlah tersebut tidak sebanding dengan nomor kematian yg disebabkan pengeboman militer Alaihi Salam, yakni hingga 200.000 rakyat sipil & militer pada Vietnam dan Kamboja.
Hans Bague Jassin merupakan orang yg mempunyai imbas besar pada dunia kesusastraan Indonesia. Pria kelahiran Gorontalo 13 Juli 1917 ini mulai menekuni global sastra waktu dipercaya menjadi redaktur pada Badan Penerbitan Balai Pustaka.
Sejak saat itu, Jassin, begitu biasa dia dipanggil mulai mengembangkan pengetahuannya tentang dunia sastra dengan menghasilkan berbagai karya sastra, baik berupa kritik karya maupun tulisan non-fiksi. Dalam sejarah kesusasteraan di Indonesia, HB Jassin dianggap sebagai Paus sastra Indonesia.
Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Sumber:bbc.com
Jerih payah HB Jassin dalam mengumpulkan dokumentasi sastra di Indonesia nir sia-sia, atas prakarsa Ajib Rosidi dan beberapa tokoh lain, pada 28 Juni 1976 dibentuklah sebuah wadah yg bernama Yayasan Dokumentasi HB Jassin. Kemudian dalam 30 Mei 1977 diresmikan berdirinya Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin (PDS HB Jassin) yg berlokasi pada pada Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya no 73, Jakarta Pusat.
Lukisan"Penangkapan Pangeran Diponegoro" karya Raden Saleh (1857).
? Dia ingin menunjukkan pada mata seluruh dunia bahawa orang Timur pun punya kesanggupan penuh andai kata duduk sebaris dengan orang-orang Barat itu. Maka pakaian kebangsaannya itu digunakan olehnya dalam hari pertunjukan itu maksudnya supaya orang- orang Barat itu mengerti bahawa ?Dia orang Indonesia?. Tidakkah menjadi hairan pada waktu itu ejek, bunyi bisikan semulut demi semulut
dapat dipersaksikan sendiri. Baginya semua itu tidaklah diendahkan. Malah pandangan orang banyak yang memperhatikan dia seorang itu adalah menjadi kemegahan pada dirinya, sedang orang lain tidak begitu.” Ucap Adi Mas (1954) dalam tulisannyaLukisan Raden Saleh Menipu Barat.
***
Saat kita melihat lukisan tersebut, kita akan disuguhkan pada suasana dramatisme pada Masa De Java Oorlog (Perang Jawa) 1825-1830 M. Di kutip dari pembicaraan Mas Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum dalam sebuah kelas Pengantar Sejarah saat berdiskusi mengenai Perang Jawa, beliau berkata bahwa “ Berjudul Perang Jawa karena merupakan sebuah perang yang terbesar dan melibatkan unsur besar manusia Jawa kurun waktu abad ke 19 tersebut.
Bukan antara orang Jawa & Penguasa Kolonial Hindia Belanda secara khusus yg dalam saat itu berperang, melainkan anatara orang jawa yg kontra & orang jawa simpatisan kolonial yg terlibat pertempuran menggunakan sedikit orang kulit tanpa cacat yang berjumlah lebih kurang 8000 orang terlibat didalam pertempuran lebih kurang 100.000 warga Jawa dalam ketika itu.?
Kita melihat sosok tadi adalah Pangeran Diponegoro bisa juga diklaim Herucokro, seseorang pangeran Kesultanan Yogyakarta yg dalam Perang Jawa berperan sebagai Tokoh Utama beserta Kyai Mojo & Ali Sentot Baharsyah Prawirodirdjo yg nir putusan bulat atas campur tangan yang terlalu jauh oleh kolonial Hindia Belanda terhadap kehidupan kenegaraan Istana Kesultanan Yogyakarta, yg dalam waktu ikut menentukan penerus kekuasaan Kesultanan Yogyakarta.
Selain itu atas konduite kolonial yg membangun jalan raya melintasi makan leluhur Diponegoro. Hingga akhirnya meletusnya Perang Jawa yg melibatkan sebagian akbar warga jawa yang menganggap apabila istana saja sudah dapat dikendalikan begitu dalam sang kolonial, bagaimana dengan warga yang nir memiliki kekuatan.
Adalah kemudian Raden Saleh Sjarief Boestaman, pelukis Indonesia beretnis Arab-Jawa yang mempionirkan seni modern Indonesia (waktu itu Hindia Belanda). Lukisannya merupakan kumpulan Romantisisme yg sedang terkenal pada Eropa waktu itu menggunakan elemen-elemen yg memperlihatkan latar belakang Jawa oleh pelukis.
Raden Saleh terutama dikenang karena lukisan historisnya, Penangkapan Pangeran Diponegoro, pada gamabar diatas yang menggambarkan peristiwa pengkhianatan pihak Belanda kepada Pangeran Diponegoro yang mengakhiri Perang Jawa pada 1830. Sang Pangeran terbujuk untuk datang ke Magelang untuk membicarakan gencatan senjata, namun pihak Belanda tidak memenuhi jaminan keselamatannya, dan Diponegoro pun ditangkap.
"Penyerahan Diri Diponegoro" karya Nicolaas Pieneman (1835). Foto: Rijksmuseum Amsterdam
Peristiwa tersebut telah dilukis oleh pelukis Belanda, Nicolaas Pieneman yang dikomisikan oleh Jenderal de Kock. Diduga Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Seakan tidak setuju dengan gambaran Pieneman tentang Diponegoro. Saleh memberikan sejumlah perubahan signifikan pada lukisan versinya; Pieneman menggambarkan peristiwa tersebut dari sebelah kanan, Saleh dari kiri.
Sementara Pieneman menggambarkan Diponegoro menggunakan paras indolen & pasrah, Saleh mendeskripsikan Diponegoro menggunakan raut tegas & menunda amarah. Pieneman memberi judul lukisannya "Penyerahan Diri Diponegoro," sedangkan Saleh memberi judul "Penangkapan Diponegoro." Diketahui bahwa Saleh sengaja menggambar tokoh Belanda di lukisannya dengan ketua yang sedikit terlalu besar agar tampak lebih mengerikan
Perubahan-perubahan ini dipandang menjadi rasa nasionalisme dalam diri Saleh akan tanah kelahirannya pada Jawa. Hal ini pula dapat terlihat dalam busana pengikut Diponegoro. Pieneman sendiri nir pernah ke Hindia Belanda, & karenanya dia mendeskripsikan pengikut Diponegoro misalnya orang Arab.
edit/historia.co.id
Gambaran Saleh cenderung lebih akurat, dengan kain batik dan blangkon yang terlihat pada beberapa figur. Saleh juga menambahkan detil menarik, ia tidak melukiskan senjata apapun pada pengikut Diponegoro, bahkan keris Diponegoro pun tidak ada. Ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, karena itu Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik.
Hal yang lebih menarik adalah bahwa kita memahami bahwa Raden Saleh merupakan orang pribumi yang mendapat perlakuan istimewa menjadi pribumi, beliau berteman dengan orang belanda & pernah sebagai pelukis Istana Kerajaa Belanda.
Namun kita menemukan warta yang mengungkapkan rasa nasionalisme Raden Salah sebagai orang Jawa tadi, apabila kita lihat ke dalam lukisan tadi, terlihat sosok Raden Saleh pada wajah para sosok pengikut Diponegoro dalam lukisan tersebut. Beliau seperti memposisikan dirinya sebagai pengikut & berada dipihak Pangeran Diponegoro, sebuah makna yang terlihat sebagai sosok perlawanan.
Setelah terselesaikan dilukis dalam 1857, Saleh mempersembahkan lukisannya pada Raja Willem III di Den Haag. Penangkapan Pangeran Diponegoro baru pulang ke Indonesia dalam 1978. Kepulangan lukisan tadi merupakan perwujudan janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda dalam 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, & dipindah tangan ke Belanda dalam masa lampau.
Tetapi menurut itu, lukisan Penangkapan tidak termasuk ketiga kategori tadi, lantaran sejak awal Saleh memberikannya pada Raja Belanda dan nir pernah dimiliki Indonesia. Lukisan tadi akhirnya diberikan sebagai hibah dari Istana Kerajaan Belanda & kini dipajang pada Istana Negara,Jakarta.
Raden Saleh Sjarif Boestaman (1807-1880)
Sumber Kepustakaan :
Mas Adi.1954. Tajuk : Lukisan Raden Saleh Menipu Barat. Terbit : 22 Juni 1954
National Geography. 2013.“Menelanjangi” Lukisan Karya Raden Saleh.
Bisnis.com.2016.Ada Kode-kode Menarik di Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro
Manuver PKI memanfaatkan Bung Karno tampak semakin lihai. Puncaknya adalah dalam ketika Bung Karno menganugerahkan Bintang Maha Putera Kelas III pada D.N Aidit selaku Ketua CC PKI dalam 13 September 1965 sebagai contoh kepahlawanan dan keteladanan dalam hal kepemimpinan politik, & itu terjadi hanya dua minggu sebelum insiden berdarah Gerakan 30 September.
Sebelumnya Bung Karno pada pidatonya dalam 23 Mei 1965 yg pernyataannya ditafsirkan bahwa Bung Karno mendukung & melindung PKI, menciptakan gerombolan -grup anti komunis semakin cemas. Pada 29 September 1965, D.N Aidit dalam satu pertemuan akbar pada rangka kongres CGMI di Istora Senayan, menggunakan lantang & arogan Aidit menuntut pembubaran HMI yg ?Anti-Manipol & kontra revolusi?, tidak progresif revolusioner, onderbouw Masyumi, dan lainnya. ?Kalau nir sanggup bubarkan HMI lebih baik gunakan sarung.?
Pada malam itu juga, Bung Karno menggunakan tegas menjawab pada sambutannya yang berapi-barah ?HMI bukan kontrarevolusi. Siapa saja yg kontrarevolusi termasuk CGMI akan saya bubarkan.?
Kemudian pada 10 Maret 1965, pada ceramahnya di hadapan kader kursus Tavip Permusyawaratan Pelajar Indonesia (PPI), Aidit menyatakan bahwa HMI seharusnya telah usang bubar bersama dengan Masyumi. Lima hari kemudian, Aidit juga memberi ?Label? Terhadap HMI dengan cap kontrarevolusioner.
Peristiwa lainnya yang terkait dengan pancingan pembubaran HMI merupakan dikeluarkannya HMI menurut Perserikatan Perhimpunan-Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) pada 21 Oktober 1964. Sebelumnya Prof. Utrecht memutuskan HMI menjadi organisasi terlarang pada Fakultas Hukum Universitas Negeri Brawijaya cabang Jember (12 Mei 1964).
Peristiwa Utrecht ini mengakibatkan munculnya Inpres No. 08 Thn. 1964, yg memerintahkan agar Menteri PTIP segera memindahkan Drs. Utrecht, S.H., Drs. Sudarpo, dan Drs. Amir Hamzah Wiryosukarto, berdasarkan lingkungan Universitas Negeri Brawijaya cabang Jember. Selain itu, supaya Menteri Koordinator Kompartemen Perhubungan dengan Rakyat/Ketua Panitia Pembina Jiwa Revolusi dengan dibantu Sekretaris Umum Musyawarah Pembantu Pimpinan Nasional merogoh langkah-langkah menertibkan organisasi HMI, ?Agar organisasi tadi bersih menurut unsur-unsur yang bisa merusak jalannya revolusi & sebagai alat revolusi yang progresif revolusioner?.
Meski demikian, hal seperti itu nir dapat menjamin bahwa HMI nir diserang sang mereka yg tidak menghendaki eksistensinya. Sebaliknya, mereka yang HMI-phobia menggunakan segi-segi kelemahan Inpres itu buat melancarkan agresi terhadap HMI sebagai akibatnya timbullah aksi-aksi pengganyangan HMI sang perguruan tinggi di setiap penjuru kota.
Pada Agustus 1964, MMI mengeluarkan instruksi supaya seluruh Dewan Mahasiswa & surat-surat mahasiswa harus dibersihkan berdasarkan unsur-unsur HMI. Demikian pula Front Pemuda buat menutup pintu rapat-kedap terhadap ormas-ormas Islam, termasuk HMI, PPI, Pemuda Muhammadiyah, & lainnya.
Agitasi-agitasi lainnya juga terjadi di berbagai daerah. Misalnya, onderbouw PKI seperti Germindo, Pemuda Indonesia, CGMI, Lekra, Pemuda Rakyat, Lesbi, dan PGRI Non-Vaks Sentral menuntut Pantja Tunggal Lampung untuk membatalkan rencana Musyawarah HMI se-Sumatera di Tanjungkarang dengan alasan pada hakikatnya merupakan konsolidasi kekuatan reaksioner kontra revolusi untuk menyusun basis di Lampung (Oktober 1964).
Di Malang, dalam Maret 1965, kedap generik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ?Maju Tak Gentar? Yg banyak dihadiri sang aktivis CGMI, Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) Pemuda Rakyat, & Pemuda Marhaenis berubah sebagai ajang yel-yel menghujat HMI yang pada waktu yang sama sedang melangsungkan program halalbihalal.
Permintaan aktivis HMI kepada panitia rapat umum agar menghentikan yel-yel mereka malah ditanggapi dengan teriakan “ganyang HMI” yang semakin membahana. Umat Islam di Malang yang mendengar kejadian itu marah dan segera membanjiri sekitar lokasi rapat umum untuk membubarkan rapat itu. Dengan menggemakan takbir Allahu Akbar, mereka berbondong-bondong merusak kantor organisasi yang berafiliasi dengan PKI di Malang. Namun, kantor PKI dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) terhindar dari kerusakan parah dikarenakan penjagaan yang ketat oleh aparat-aparat negara.
13 September 1965, Generasi Muda Islam mengadakan demonstrasi di depan Kotrar, Merdeka Barat dalam rangka solidaritas terhadap HMI. Salah satu spanduk yang dipasang berbunyi “Langkahi Mayatku Sebelum Ganyang HMI”. Sedangkan di Universitas Indonesia, Fahmi Idris berhasil menurunkan seorang pemimpin mahasiswa dari podium yang berpidato mengganyang HMI.
Tuntutan pembubaran HMI sang PKI merupakan ?Agitasi politik terhebat? Yang dilakukan front kiri, mengingat D.N Aidit menyerukan kepada CGMI, bila mereka nir bisa membubarkan HMI dalam akhir tahun, ia akan menghadiahkan mereka sarung dalam HUT PKI ke-50, yang dirayakan akbar-besaran dalam 1965. Tentu saja hal ini menciptakan para aktivis organisasi Islam merasa tercekam. Apalagi bila PKI menggerakkan massanya buat melakukan perusakan & serangkaian tindakan fatal lainnya.
Penulis: Anggoro Prasetyo - Mahasiswa Sejarah Universitas Indonesia
Sumber:
Alfian, M. Alfan. 2013. HMI 1963—1966: Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Karim, Muhammad Rusli.1997. HMI MPO dalam Kemelut Modernisasi Politik di Indonesia. Bandung: Penerbit Mizan.
Moeljanto, D.S dan Ismail, Taufiq. 1995. Prahara Budaya: Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk. (Kumpulan Dokumen Pergolakan Sejarah). Bandung: Penerbit Mizan & HU Republika.
Lahir di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat, 12 Desember 1946. Tercatat sebagai di dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons karya Peter Brookesmith terbitan 2000 sebagai pencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41 dan masuk sebagai 1 dari 14 Sniper terbaik di Dunia.
Tatang Koswara atau yang lebih dikenal dikalangan tentara sebagai Pembantu Letnan Satu (Purn.) Tatang Koswara adalah Sniper terbaik TNI dari Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) TNI AD yang terkenal sepanjang operasi Seroja di Timor-Timor.
Dilansir dari laman Indomiliter, dalam suatu penyerbuan di Remexio, bagian selatan Kota Dili, Tatang berhasil menewaskan 49 prajurit musuh dengan berbekal 50 peluru kaliber 7,62 mm. Tatang memang selalu menyisakan sebutir peluru dalam setiap penugasan untuk misi bunuh diri bila dalam keadaan terdesak.
Seorang penulis buku Sniper asal Amerika Serikat (AS), Peter Brookesmith, melalui bukunya yang berjudul Sniper: Training, Techniques and Weapons menyandingkan Tatang Koswara di jajaran para sniper kelas dunia dengan confirmed kills sebanyak 41. Jumlah kills 41 yang dicatat Peter sebenarnya jauh dari angka riilnya. Pasalnya, Tatang dalam misi tempurnya di Timor Leste mengaku telah menumbangkan musuhnya lebih dari 100 orang.
Riwayat Hidup
Tatang Koswara Saat Aktif Dinas TNI
Kehidupan di Bandung, Jawa Barat, hidup ditengah keluarga militer. Pada tahun 1966 di Banten, Tatang Koswara masuk menjadi tentara melalui jalur Tamtama. Pada tahun 1974-1975, Tatang bersama tujuh rekannya terpilih masuk program mobile training teams (MTT) yang dipimpin pelatih dari Green Berets Amerika Serikat, Kapten Conway.
Tahun itu, Indonesia belum memiliki antiteror dan sniper. Muncullah ide dari perwira TNI untuk melatih jagoan tembak dari empat kesatuan, yakni Kopassus (AD), Marinir (AL), Paskhas (AU), dan Brimob (Polri). Namun, sebagai langkah awal, akhirnya hanya diikuti TNI AD. Mereka dilatih untuk membidik jitu pada jarak 300, 600, dan 900 meter.
Dari dua tahun masa pelatihan, dari 60 hanya 17 orang yang lulus termasuk Tatang, kemudia peserta yang lulus masing-masing mendapat senjata Winchester model 70. Pada 1977 - 1978 ia bertugas dalam operasi di Timor Timur. Dikutip dari majalah Angkasa dan Shooting Times, Winchester 70 yang disebut "Bolt-action Rifle of the Century" ini juga digunakan sniper legendaris Marinir AS, Carlos Hathcock, saat perang Vietnam. Senjata ini memiliki keakuratan sasaran hingga 900 meter.
Dalam operasi tersebut, lebih dari 40 orang fretilin menjadi korban tembakan jitunya. Ia memiliki sandi "Siluman 3". Ia pensiun dari militer pada tahun 1996 dengan pangkat terakhir Pembantu Letnan Satu (Peltu). Meski begitu, Tatang masuk jajaran penembak jitu terbaik dunia. Dalam buku Sniper: Training, Techniques, and Weapons karya Peter Brookesmith terbitan 2000, nama Tatang masuk dalam daftar 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia.
Merah Putih Sebagai Penolong dan Ambil Peluru dengan Gunting Kuku
Suatu hari Tatang mendapatkan misi untuk masuk ke jantung pertahanan lawan, Tatang berada ditengah kepungan 30 orang bersenjata. Tatang dihujani peluru oleh pasukan musuh. Tatang mengalami luka dan menyebabkan luka dibagian kaki yang menimbulkan darah yang bercucuran.
Tatang baru bisa bergerak malam hari. Ia mencoba mengikatkan tali bambu di kakinya. Dengan bantuan gunting kuku, dia mencongkel dua peluru yang bersarang di betisnya. Namun, darah tak juga berhenti mengalir. Ia pun melepas syal merah putih tempat menyimpan foto keluarga. Sambil berdoa, dia mengikatkan syal tersebut di kakinya.
Tatang baru bisa bergerak dari persembunyiannya pada malam hari. Ia berusaha mengikatkan tali bambu dikakinya. Tatang mencongkel dua peluru yang bersarang di kakinya dengan gunting kuku. Namun karena darah tak berhenti mengalir, ia melepas syal merah putih tempat tersimpannya foto keluarga. Darah pun berhenti mengalir.
Senjata Legendaris Tatang
Senjata yang digunakan Tatang Koswara saat aktif dinas TNI merupakan sebuah senjata pabrikan AS yang merupakan jenis senapan runduk. Senjata tersebut adalah Winchester M-70 yang merupakan pengembangan dari Winchester-54. Winchester M-70 mulai diproduksi 1936. Senjata tersebut sebetulnya banyak digunakan oleh komunitas berburu di AS.
Namun pada saat perang Vietnam, senjata ini dikenal sebagai " Pencabut nyawa komandan perang. " Winchester M-70 menggunakan sistem operasi bolt action sehingga ia menjelma menjadi senjata sangat mematikan dan efektif serta efisien saat digunakan mengeliminasi target terpilih.
Uang Pensiun Tatang
Dikutip dari Tempo, Tatang Koswara pensiun dengan pangkat terakhir Pembantu Letnan Satu (Peltu) mendapatkan dana pensiun sekira Rp1.000.000 per bulan.
Tatang wafat Selasa, 3 Maret 2015 karena serangan jantung setelah diwawancarai dalam acara Hitam Putih Trans. Tatang meninggal diperjalanan menuju Rumah Sakit Medistra.
Referensi
Winchester Pencabut Nyawa Para Komandan Perang
Fakta Tatang Koswara Sniper Terbaik Dunia
Mengenal Senjata Maut Tatang Koswara
Detik-Detik Kematian Tatang Koswara
Kisah Sniper Terbaik.Dunia Selamat dari Maut karena Merah Putih
10 Hal Tentang Seniper Terbaik Indonesia Tatang Koswara
Memang tidak banyak orang yang menyaksikan peristiwa bersejarah pada hari Jumat, pukul 10.00 pagi, 17 Agustus 1945, bertepatan dengan hari 17 bulan Ramadhan. Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan yang hanya terdiri dari dua kalimat. Terpendek di dunia, tetapi lahirnya juga dalam keadaan luar biasa. Keesokannya, Panitia Persiapan Kemerdekaan mengadakan rapat di Pejambon memilih Presiden dan Wakil Presiden RI, yaitu Soekarno dan Hatta.
Peristiwa itu terjadi 18 Agustus 1945 menjelang pukul 14.00. Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan diucapkan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia kembali bersidang di Gedung Tyuuoo Sangi-In di Jalan Pejambon Raya, Jakarta Pusat. Hari itu, anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) meneruskan pembicaraan mengenai rancangan naskah Undang-Undang Dasar (UUD).
Namun, sebelum pasal-pasal mengenai Aturan Peralihan dibicarakan lebih rinci, ketua sidang, Soekarno, mengemukakan, "Untuk memenuhi permintaan pers", ia meminta sidang lebih dulu memasuki acara pemilihan Kepala Negara dan wakilnya. Sesuai dengan Pasal III Aturan Peralihan, untuk pertama kali presiden dan wakil presiden dipilih PPKI.
Namun, sebelum formulir pemilihan dibagikan, anggota PPKI, Oto Iskandardinata, mengusulkan, "Berhubung dengan keadaan waktu, saya harap supaya pemilihan presiden ini diselenggarakan dengan aklamasi dan saya majukan sebagai calon, yaitu Bung Karno sendiri. Para anggota PPKI menyetujui usul itu dengan tepuk tangan. Tanpa banyak basa-basi, Soekarno mengucapkan terima kasih “atas kepercayaan para anggota PPKI, dan dengan ini saya dipilih oleh tuan-tuan sekalian dengan suara bulat menjadi Presiden Republik Indonesia.”
Ucapan Soekarno disambut tepuk tangan. Lalu, semua anggota berdiri dan menyanyikan Indonesia Raya, disusul teriakan Hidup Bung Karno tiga kali. Oto Iskandardinata lalu mengusulkan agar dengan cara yang sama Bung Hatta dipilih sebagai Wakil Presiden. Para anggota PPKI kembali menyetujui usul itu dengan tepuk tangan. Semua yang hadir lalu berdiri untuk menyanyikan Indonesia Raya, lalu bersama-sama berteriak Hidup Bung Hatta tiga kali.
Hanya dalam waktu sekitar sepuluh menit Presiden dan Wapres pertama Republik Indonesia terpilih secara sah, sebab Aturan Peralihan UUD 1945 yang hari itu disahkan memang mengatur begitu. Namun, bukan hanya karena peraturan undang-undang yang mendorong cepatnya pemilihan itu, suasana saat itu memang menuntut cepatnya pengambilan keputusan.
Namun, di atas segala-galanya, ada "suasana kebatinan" di kalangan para anggota PPKI saat itu yang membuat mereka tanpa banyak interupsi dan secara aklamasi memilih Bung Karno dan Bung Hatta, dua calon terbaik saat itu, sebagai Presiden dan Wapres. Saat itu ada suatu perasaan senasib sepenanggungan yang membuat mereka bersatu dan merasa harus bergerak cepat karena jam sejarah tidak bisa lagi menunggu. Mungkin mereka sadar bahwa mereka sedang membuat sejarah: sebuah negara baru telah lahir dan merekalah yang ikut membidani lahirnya republik baru itu.
Suasana kebatinan itu juga yang tampaknya membuat mereka, para founding fathers, bersedia mengorbankan banyak hal demi persatuan bangsa, demi keberhasilan lahirnya Republik Indonesia. Hal itu tampak sekali saat dalam rembukan naskah UUD para tokoh Islam bersedia menghilangkan tujuh kata yang mewajibkan umat Islam menjalankan syariat agama agar perpecahan dengan wilayah Indonesia Timur bisa dihindari.
Tidak ada pesta yang diselenggarakan atas terpilihnya Bung Karno maupun Bung Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Gegap gempita dan kegemparan pun tidak ada. Mereka tidak ada waktu untuk itu, saat itu terlalu banyak pekerjaan yang harus mereka hadapi. Sore harinya usai sidang PPKI tanggal 18 Agustus itu, ada kenangan istimewa antara Presiden Indonesia pertama dengan tukang sate. Soekarno mengisahkan dirinya yang presiden pada sore itu:
" Setelah dipilih untuk memegang jabatan yang tertinggi di seluruh tanah air, maka presiden yang baru berjalan pulang. Di jalanan ia bertemu dengan tukang sate. Lalu,Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil penjajah yang berjualan dan tidak berbaju itu, kemudian mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama, "Sate ayam lima puluh tusuk." Aku jongkok di sana dekat selokan dan kotoran. Kumakan sateku dengan lahap dan inilah seluruh pesta atas pengangkatan sebagai Kepala Negara. "