Pergerakan nasional bangsa Indonesia diyakini sang sebagian akbar bangsa Indonesia berawal sejak tahun 1908. Banyak sejarawan yang mengemukakan perjuangan sebelum 1908 merupakan usaha yang bersifat keadaerahan & antara golongan yang mempunyai tujuannya masing-masing.
Berdirinya organisasi Budi Utomo pada 1908 dijadikan sebagai tonggak awal pergerakan nasional, meskipun beberapa sejarawan mengungkapkan pada tahun 1905 mahasiswa bumiputera yang bersekolah di Hindia Belanda telah mendirikan Indische Vereeniging.
Mahasiswa STOVIA 1916 (Foto: Arsip Nasional RI) |
Namun karena Budi Utomo berdiri di Hindia Belanda, dapat dimaklumi bahwa Budi Utomo lebih santer dan dekat dalam persoalan perjuangan di masyarakat Bumiputera di Hindia Belanda ketimbang Indische Vereeniging di negeri Belanda.
Pada masa awal pergerakan nasional. Nama Indonesia belum muncul sebagai suatu identitas nasional. Istilah Bumiputera atau Indiche merupakan simbol yang dari masyarakat pribumi Hindia Belanda, bahkan nama Bumiputera masih dijadikan suatu simbol utama dibandingkan Indonesia sejak Budi Utomo berdiri. Masa pada tahun 1908 dapat kita katakana sebagai masa pencarian jati diri bangsa.
Berdirinya Budi Utomo diawali oleh kampanye dr. Wahidin Soedirohoesodo keliling Jawa. Pada saat di Batavia ia berbicara di depan mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) di Hindia Belanda mengenai kebutuhan adanya Studie Fonds (beasiswa) untuk masyarakat Bumiputera agar bisa bersekolah, kampanye dr. Wahidin berorientasi mengenai pemerataan pendidikan masyarakat Bumiputera.
Kampanye ini menggugah mahasiswa STOVIA pada Batavia yg dipimpin sang Soetomo buat mendirikan Budi Utomo. Pendirian Budi Utomo didasari sang tergugahnya mahasiswa STOVIA terhadap kampanye dr. Wahidin.
Budi Utomo oleh pemerintah kolonial disebut sebagai Het Schome Stroven, seperti bunga mekar ditengah masyarakat yang terbelakang, titik cerah dari masyarakat terjajah.
Budi Utomo pasca pendiriannya 20 Mei 1908. Budi Utomo terus berkembang & mempunyai redaksi surat fakta (koran) yg bernama Darmo Kondo yg menyiarkan program-program yang dikemukakan Budi Utomo.
Tetapi relatif disayangkan bahwa Budi Utomo dalam menjalankan programnya masih memusat dalam budaya jawa, hal ini dikarenakan Budi Utomo pada pendanaannya masih dibiayai oleh priyayi-priyayi jawa.Dari kalangan keraton.
Perpecahan terjadi ditubuh Budi Utomo, ketika Budi Utomo mengadakan kongres II. Perpecahan mengakibatkan 2 kubu di dalam Budi Utomo, keduanya memiliki pandangan yg tidak sama pada tujuan dan orientasi ke depan organisasi. Golongan tersebut diantaranya sebagai berikut :
- Golongan Konservatif : golongan ini menginginkan Budi Utomo berfokus pada pengembangan budaya jawa dan pendidikan, serta keanggotaan bersifat ekslusif untuk kalangan priyayi jawa dan madura.
- Golongan Moderat : golongan ini menginginkan Budi Utomo memiliki orientasi yang besar merangkul semua golongan dan tidak bersifat kedaerahan, serta keanggotaannya bersifat terbuka bukan sebatas untuk kalangan priyayi jawa dan madura.
Golongan moderat ini lalu dipimpin oleh dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Soeryadi Soerja Diningrat (Ki Hajar Dewantara) dan Douwes Dekker mendirikan Indiche Partij yang lebih berorientasi dalam politik.
Budi Utomo adalah organiasi modern pertama yg lahira berdasarkan pemikiran orang-orang Bumiputera. Ada kesadaran bahwa orang Bumiputera melakukan emansipasi dari rakyat tertindas ke warga mandiri, meskipun organisasi ini bersifat eksklusif.
Organisasi ini diijinkan berdiri oleh pemerintah kolonial lantaran bersifat kooperatif dengan pemerintah & tidak pernah mengkritik atau ikut campur mengenai kebijakan yg dilakukan Pemerintah Hinda Belanda.